Aditia Purnomo


Dalam sejarah perjalanan bangsa, mobilisasi massa menjadi salah satu senjata utama rakyat untuk melawan penindasan rezim. Hal ini dilakukan oleh berbagai elemen, baik kaum intelektual, buruh, tani, maupun rakyat miskin kota. Dan mobilisasi menjadi senjata efektif dalam menjatuhkan rezim tirani negara ini.

Namun, gaung reformasi pasca jatuhnya orde baru justru menghilangkan kultur masif gerakan mobilisasi. Kini, mahasiswa yang tidak pernah merasakan penindasan rezim dan sudah terbiasa dengan budaya hidup praktis serta hedonis menjadi maklum terhadap apa yang terjadi.  Kebiasaan hidup santai dan serba dilayani teknologi membuat mereka dibiasakan oleh keadaan.

Bahkan, ketika kebijakan yang diambil rezim tidak memihak rakyat, selama hal yang berhubungan dengan kehidupan mereka tak terenggut, mereka memaklumkan semua yang terjadi. Selama mereka masih bisa nongkrong, jalan-jalan, atau sekadar ngopi dan ngobrol bersama teman, kesengsaraan rakyat tak jadi pikiran.

Apalagi kerap bentroknya massa dengan aparat saat mobilisasi dilakukan membuat mereka tak ingin keluar dari zona nyamannya. Bersama dengan budaya hidup memaklumi apa yang terjadi, hal tersebut menjadi katalisator dari semakin malasnya mahasiswa turun ke jalan. Mungkin, ketika nongkrong, jalan-jalan, dan gaya hidup mereka telah dilarang oleh rezim, baru mereka akan turun ke jalan.