Aditia Purnomo

Sejarah Indonesia adalah sejarah gerakan. Dulu, mahasiswa Sekolah Dokter mempelopori gerakan kebangkitan nasional. Lalu, gerakan dari kumpulan perhimpunan pemuda berhasil menciptakan sebuah sumpah untuk Indonesia. Dan ketika Republik ini baru lahir, gerakan pemuda jugalah yang berjuang untuk mempertahankannya.

Begitulah sejarahnya Indonesia, sejarahnya gerakan. Meski gerakan selalu dianalogikan dengan aksi jalanan yang selalu dijadikan kambing hitam kerusuhan, gerakan bagi kami memiliki makna berarti untuk memperjuangkan ideologi.


"Ketika Hidupmu Buntu, Tertawalah"

Ketika hidupmu buntu tertawalah, inilah hal yang ingin diangkat Jacob Julian dalam novelnya, Comedy Of Juno. Mengangkat tema stand up comedy, Jacob berupaya mengngungkapkan kisah renyah diiringi tawa tentang seorang rocker gagal yang bertranformasi menjadi seorang comic, panggilan bagi seorang pelaku stand up comedy.

Dalam novel ini, penulis menekankan transformasi yang dialami Juno sebagai konflik utama dalam buku ini. Hal ini dapat dilihat dari alur cerita yang menekankan perjuangan Juno untuk bangkit setelah terbuang dari band yang dibentuknya hingga kemudian bertemu dengan seorang mentor yang membawanya tersesat di jalan yang benar.

Kotor, dekil, jorok, berandal, dan tak bisa diatur, itulah kata-kata yang terlintas dalam pikiran banyak orang tentang anak jalanan. Mereka selalu dianggap sebagai sebuah kotoran yang tak layak dan tak boleh masuk ke tempat suci seperti masjid. Ya, begitulah diskriminasi yang selalu anak jalanan rasakan dari mereka yang merasa paling suci.

Namun, seorang dari lingkungan hidup “borju” justru hadir mengulurkan tangan untuk mereka para penerus bangsa ini. Meski memiliki latar belakang yang kontradiktif, orang ini malah terlibat langsung dalam penanganan “sampah” bagi masyarakat kebanyakan. Dialah Roostien Ilyas, wanita yang disebut sebagai ibunya gelandangan.

Mengambil latar kisah hidupnya, dua penulis muda, Zakky Zulhazmy dan Aziz Raharjo menghadirkan perjuangan aktivis sosial dan dunia “sampah” di dalam buku “Tuhan Kenapa Salat Itu Mahal?”