Aditia Purnomo

Sejatinya cinta itu sederhana. Tidak perlu berlebihan dalam mencinta dan bercinta. Hubungan kasih macam romeo dan juliet hanya ada di dalam film, jadi jangan banyak berharap lebih. Cinta mati hanya akan membebani hidupmu.

Bayangkan, seandainya kamu mencintai seseorang secara berlebihan, dan akhirnya hubungan kalian selesai, masih mau mencintainya dalam sepi sementara dia sedang bersenang-senang bersama kekasih barunya?
Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kampus-kampus di Indonesia berbenah. Guna mempersiapkan anak didiknya untuk dapat bersaing dalam ketatnya hidup di MEA. Lama kuliah dibatasi, dari 7 tahun kini menjadi 5 tahun. Seminar-seminar internasional semakin sering diadakan, dan yang paling penting, kampus-kampus mulai rutin mengadakan Job Fair untuk membantu calon pekerjanya mahasiswanya bisa langsung kerja usai wisuda.

Memang, kian hari hari kebijakan-kebijakan yang diambil, baik oleh pihak rektorat kampus maupun oleh menteri pendidikan semakin mengarah kepada tujuan menciptakan tenaga kerja baru untuk masuk dunia industri. Ya bahasanya sih nggak gitu, dalihnya mempersiapkan peserta didik agar siap dalam persaingan dunia kerja yang semakin ketat.
Sebulan sudah umat muslim sedunia menjalankan ibadah puasa. Kini, ramadhan telah pergi, masyarakat pun merayakan kemenangannya. Meski begitu, ada juga yang meninggalkan ramadhan dengan sedih, bahkan berharap ramadhan tidak pergi. Karena selama ramahdan, banyak hal yang dapat dipelajari oleh masyarakat.

Ya, ramadhan memang riuh. Perdebatan selalu mengiringinya. Ada yang beda pendapat soal isbat, ada pula yang berdebat soal warteg. Tapi, diluar itu semua, masyarakat selalu memahami, bahwa perbedaan adalah yang menyatukan Indonesia. Yang beda hari pertama puasanya menghargai satu sama lain. Yang tidak puasa pun menghargai yang puasa, begitu juga sebaliknya.
Selama ini dongeng-dongeng orang tua yang getol disampaikan pada anak-cucunya selalu menyebut kalau PKI itu jahat, PKI itu pemberontak, PKI itu membantai kiai, dan sebagainya dan sebagainya.

Belakangan, ketika muncul isu (ini masih isu lho!) kalau Presiden Jokowi mau minta maaf sama korban pelanggaran HAM berat yang dilakukan negara, banyak orang kembali komentar. BUAT APA MINTA MAAF SAMA PKI??? Beserta alasan dan dongeng-dongengnya.
Melihat keadaan Yunani yang dianggap bangkrut karena gagal bayar utang ke Bank Dunia, banyak pengamat dadakan menilai Indonesia bakal mengalami hal serupa kalau masih dipimpin Presiden Jokowi. Penilaian mereka tentu bukan tanpa alasan. Menimbang berbagai gambar dan tautan dari media kekinian bermodal dotcom dan berbasis syariah, argumentasi yang mereka bagikan di media sosial tentu sulit dibantah. Hanya bisa diberi jempol, kalau perlu sepuluh jempol sekaligus.

Pada beberapa tautan pengamat dadakan itu, bisa dibaca kalau Indonesia memiliki utang mencapai 4000 triliun, melebihi anggaran belanja negara dalam setahun, yang nggak bakal bisa dibayar Jokowi, dan bisa bikin negara jadi bangkrut. Bayangkan, dari informasi yang mereka bagi, utang Indonesia selama dipimpin Jokowi ini menyamai utang Indonesia selama 32 tahun orde baru. Artinya, dalam setahun Jokowi sudah bisa melampaui Soeharto dalam urusan utang negara.
Kalau bukan karena perkelahian di balai desa, bisa jadi roman ini mengikuti kisah romeo juliet dan kisah-kisah cinta tak sampai lainnya. Ya, sebuah perkelahian yang menjadi pemecah kebuntuan komunikasi dua keluarga, lebih tepatnya dua orang tua selama 40 tahun. Ah, jangan lupa, sebungkus rokok yang mencairkan kekakuan obrolan dua sahabat lama soal kehidupan masa lalu, juga masa depan anak mereka.

Sebelumnya, buntunya komunikasi dua keluarga ini hampir membuat Mif dan Fauzia putus asa dalam memperjuangkan cinta mereka berdua. Perbedaan ideologi dalam beragama di dua keluarga tersebut (awalnya) dianggap sebagai tantangan terbesar dalam kisah cinta mereka. Mif yang anak seorang pimpinan Muhammadiyah hendak mempersunting Fauzia yang anak pimpinan Nahdatul Ulama. Sebuah hal yang hampir mustahil terlaksana