Selasa lalu (5/3), Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan di televisi nasional bahwa Presiden Hugo Chavez Frias meninggal pada pukul 16.25 dalam usia 58 tahun. Presiden yang telah memimpin Venezuela selama 14 tahun ini meninggal akibat kanker yang telah didrutanya selama dua tahun terakhir. Sontak hal ini membuat rakyat Venezuela berduka.
Rasa
duka mendalam yang dialami rakyat Venezuela menjadi sebuah kepantasan mengingat
Hugo Chavez adalah pemimpin yang begitu dicintai rakyat Venezuela. Selama masa
kepemimpinannya, Chavez berhasil mengentaskan 75% angka kemiskinan dan buta huruf masyarakat. Selain itu rakyat
juga dimanjakan dengan hasil minyak yang berlimpah untuk sektor sandang, papan,
dan pangan mereka.
Pada
pemilu lalu, Chavez berhasil menyingkirkan pesaingnya Henrique Capriles dengan
program perumahan rakyat yang terkenal dengan Gran Vivienda. Begitu pula dengan
berbagai kebijakan lain yang memihak pada rakyat. Venezuela sendiri dikenal
sebagai Negara yang menggratiskan biaya pendidikan hingga perguruan tinggi.
Kebijakan
luar negeri Venezuela sendiri membuat Presiden Hugo Chavez juga menarik
perhatian dunia. Ketika Negara-negara islam memilih diam melihat perjuangan
Palestina untuk merdeka, Chavez malah secara terang-terangan mendukung
perjuangan rakyat Palestina dan mengakuio kedaulatan Negara tersebut. Bahkan Chavez
berani mengusir Duta Besar Israel dari Venezuela karena Israel melanggar
Resolusi PBB mengenai Palestina.
Bagi
Negara-negara berkembang, Hugo Chavez memiliki jasa tersendiri. Selama memimpin
Venezuela, Chavez punya program Petro Caribe yang menyediakan bantuan minyak
dan produk minyak bumi bagi negara-negara kecil di Karibia rata-rata 200.000
barrel per hari dengan syarat pembayaran yang ringan.
Petro
Caribe mendapat subsidi tahunan 1,7 miliar dollar AS dan menempatkan peringkat
bantuan Venezuela di atas bantuan dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan
Pembangunan (OECD), Australia, Belgia, Denmark, Norwegia, Portugal, Spanyol,
dan Swiss di kawasan itu. Jumlah itu melebihi bantuan Marshall Plan setelah
Perang Dunia II.
Belum
lagi peran Chavez dalam membangun aliansi dengan negara-negara sepaham seperti
China, Belarusia, Kuba, dan Iran untuk menolak tunduk pada Amerika Serikat.
Kekayaan Venezuela akan minyak menjadi senjata utama kebijakan luar negeri dan soft
power efektif untuk mendapatkan sekutu sekaligus menyeimbangkan kekuatan yang
mengerem nafsu Amerika untuk menguasai dunia.
Kematian
Chavez sendiri membuat sekutu sekaligus sahabatnya, Presiden Iran Mahmoud
Ahmadinejad berduka. Ahmadinejad bahkan menetapkan satu hari berkabung nasional
untuk mengenang Hugo Chavez. "Venezuela kehilangan pahlawannya, putra
terbaiknya, sementara dunia kehilangan seorang pemimpin bijaksana dan
revolusioner," ujar Ahmadinejad.
Melihat
jasa dan perjuangan Chavez, janganlah heran jika jutaan Warga Venezuela dan
dunia begitu berduka. Wafatnya Chavez sendiri merupakan tantangan bagi
pembangunan manusia, keadilan sosial, penghormatan terhadap HAM, dan kebebasan
individu di Amerika Latin. Bagi Gerakan Nonblok, wafatnya Chavez akan
mengurangi suara vokal untuk mendukung Palestina. Begitu juga bagi Amerika
Serikat dan sekutu, kematiannya akan jadi momentum untuk menguatkan hegemoni
mereka.
Namun,
apapun yang akan terjadi, Hugo Chavez telah menjadi sosok yang begitu dicintai
dunia. Ia pun telah memberi kontribusi nyata dalam peta politik dan demokrasi
dunia. Selamat jalan Chavez, dunia akan terus mengenangmu.
0 komentar:
Posting Komentar