Sumpah pemuda mempunyai makna historis yang mendalam sebagai semangat nasionalisme yang berkobar bagaikan api. Semangat yang tidak terbatas milik para pemuda tetapi milik semua masyarakat Indonesia. Delapan puluh tiga tahun silam, api semangat yang membara itu telah memekikkan kemerdekaan dan kesatuan keseluruh penjuru Nusantara. Walau berada dalam tekanan para penjajah, para pemuda tetap berjuang memersatukan diri pada 28 Oktober 1928,dan sejarah mencatatnya sebagai hari lahirnya Sumpah Pemuda.
Sumpah itu dipelopori pemuda karena memang naluri muda yang selayaknya menjadi pelopor. Pelopor ke arah perubahan dan pelopor ke arah perbaikan. Hal ini dimungkinkan karena idealisme yang dimiliki pemuda. Idealisme yang dilandasi kesediaan berjuang tanpa pamrih, bahkan bilamana perlu berkorban untuk idealismenya.
Semangat untuk menjadi satu “Indonesia” tentu dilandasi kesadaran bahwa pemuda lebih mengedepankan semangat kebangsaan dan persatuan mengalahkan semangat kesukuan (primordial). Persatuan saat itu lebih penting dari pada sikap-sikap primordialis. Faham ke-Indonesia-an itulah yang telah menjadikan kita semua bersatu sebagai bangsa yang plural. Semangat dan nilai-nilai persatuan dan kesatuan inilah yang kiranya harus selalu kita pupuk agar pluralism yang dimiliki bangsa ini tidak terpecah belah.
Namun sayang, sungguh ironis, yang terjadi sekarang ini sumpah pemuda tinggal sejarah manis yang selalu diperingati dengan ceremony-ceremony sebagai rutinitas tanpa bekas. Sementara substansi yang terkandung dalam sumpah pemuda sendiri terlupakan. 28 Oktober hanya dijadikan romantisme sejarah yang dikenang belaka. Padahal dibalik itu terdapat makna mendalam, yaitu komitmen bagi semua generasi muda untuk siap berbakti dan berbuat yang terbaik bagi bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar