Berdiri di kaki sendiri, itulah konsep pembangunan ekonomi
yang dicanangkan oleh Bung Karno dalam Trisaktinya. Berdiri di kaki sendiri
menjadi perwujudan pembangunan ekonomi yang menolak intervensi asing dalam
upaya menyejahterakan rakyat Indonesia.
Namun sayang, sebelum kita bisa berdiri di kaki sendiri,
Bung Karno harus lengser dan digantikan oleh Soeharto yang ironisnya malah
membuka keran investasi asing secara besar-besaran. Walhasil, kekayaan alam
Indonesia kini dinikmati perusahaan asing.
Sebut saja Chevron, ConocoPhillips, dan ExxonMobil dari
Amerika Serikat, lalu Total dan British Petroleum asal Prancis dan Inggris yang
menguasai produksi migas di Indonesia. Begitu juga Freeport di Papua dan
Newmont di minahasa yang masih mengeksploitasi emas Indonesia.
Tak hanya itu, pembangunan ekonomi Indonesia pun masih
banyak bergantung dari utang lembaga keuangan dunia seperti IMF dan Bank Dunia.
Karena utang tersebut pula kebijakan dagang dan ekonomi Indonesia banyak
didikte oleh World Trade Organisation hingga merugikan masyarakat Indonesia.
Dalam hal pangan, dibukanya keran impor yang menghadirkan
rempah murah yang mendominasi pasar Indonesia. Sementara itu. harga rempah
lokal yang cenderung lebih mahal
akhirnya kalah bersaing permainan harga yang tak bisa dikendalikan
pemerintah. Ironis memang, jika melihat dulu bangsa eropa memburu rempah kita
karena kualitas yang bagus, namun kini rempah dengan kualitas biasa saja justru
mendominasi pasar lokal.
Karena itu, kegilaan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo yang
menolak bantuan utang dari Bank Dunia ditengah dominasi asing dalam kehidupan
Negara menjadi sebuah harapan untuk melihat Indonesia yang lebih baik.
Penolakan ini tentu menjadi yang pertama kali dilakukan di Indonesia semenjak
Orde Baru berkuasa.
Dalam hal ini, Jokowi mengaku menolak Bank Dunia karena
permintaan yang macam-macam dan menolak untuk didikte. Hal ini tentu sejalan dengan semangat
Berdikari ala Bung Karno dalam membangun ekonomi bangsa. Apalagi, Jokowi
bermaksud menggunakan kekuatan BUMD untuk menggantikan posisi Bank Dunia dalam
masalah pembiayaan proyek pembangunan bantaran kali ciliwung.
Dalam hal ini, Jokowi justru memperlihatkan jika perusahaan
daerah mampu membantu untuk masalah pembiayaan proyek pembangunan daerah.
Bahwasannya, Jokowi ingin membuktikan bahwa Indonesia mampu membangun
perekonomian tanpa campur tangan asing, apalagi didikte.
Saat ini, Jokowi tengah berupaya membuat Jakarta berdiri di
kaki sendiri, tak lagi bergantung pada kekuatan asing. Dengan upaya itu, Jokowi
tak hanya berteori tentang kemandirian bangsa, namun juga memanifestasikannya
dalam bentuk kebijakan. Semoga langkah Jokowi ini mampu membuat pemerintah
sadar jika Negara kaya bernama Indonesia mampu berdiri di kaki sendiri dan tak
lagi menghamba diketiak modal asing.
0 komentar:
Posting Komentar