Sejarah Indonesia adalah sejarah gerakan. Dulu, mahasiswa Sekolah Dokter mempelopori gerakan kebangkitan nasional. Lalu, gerakan dari kumpulan perhimpunan pemuda berhasil menciptakan sebuah sumpah untuk Indonesia. Dan ketika Republik ini baru lahir, gerakan pemuda jugalah yang berjuang untuk mempertahankannya.
Begitulah sejarahnya Indonesia, sejarahnya gerakan. Meski gerakan selalu dianalogikan dengan aksi jalanan yang selalu dijadikan kambing hitam kerusuhan, gerakan bagi kami memiliki makna berarti untuk memperjuangkan ideologi.
Karena itu, kami, anak-anak muda UIN Jakarta bermaksud menggalang kekuatan untuk bergerak melawan hal yang kami anggap buruk bagi bangsa. Ya, kami bermaksud melawan sebuah penyakit, penyakit budaya masayarakat yang susah membaca.
Miris, melihat hari ini berkembangnya industri penerbitan justru tak berjalan beriringan dengan membaiknya persoalan budaya membaca di Indonesia. Persoalan akses masyarakat terhadap buku menjadi salah satu faktor penyebab semakin memburuknya penyakit “disleksia” bangsa Indonesia ini.
Meski begitu, ternyata di tengah hiruk pikuk kehidupan negara, masih ada orang-orang yang mau memberikan segenap waktunya, bahkan mengabdi untuk memberikan masyarakat akses untuk bersua dengan buku.
Karena kami yakin, ide tanpa sebuah gerakan hanya akan berakhir sebagai wacana. Wacana tidak akan menyelesaikan persoalan jika tidak berakhir sebagai sebuah kebijakan. Dan untuk itulah, kami bergerak dan mencoba mengajak kawan-kawan untuk terlibat dalam acara ini.
Bersama kawan-kawanlah, kami ingin kembali memunculkan wacana perbukuan dan mengawal wacana tersebut hingga menjadi sebuah kebijakan yang membuat akses masyarakat untuk berhubungan dengan buku menjadi lebih mudah.
0 komentar:
Posting Komentar