Kemarin siang, beredar kabar
mengejutkan bagi fans Liverpool. Kapten yang sudah menemani Liverpool sejak
Nabilah JKT48 belum lahir akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tim. Tentu ini
adalah kabar yang menyedihkan, bahkan lebih menyedihkan dari diputusin pacar
tepat pada malam natal.
Jangan sok kaget, kabar kepergian
Steven Gerrard dari Liverpool sudah terlalu sering berhembus sebelum akhirnya
terwujud. Sebagai pemain yang sangat dicintai fans Liverpool, Gerrard sudah
memberikan segalanya. Bila kemudian Ia memutuskan pergi di usia senja,
hargailah keputusannya.
Mengingat segala kenangan suka
dan duka bersamanya, tentu berat membayangkan musim depan Gerrard tak lagi
berkostum merah dengan lambang Liverbird di dada. Tapi ingat, bukan cuma fans
yang berat menghadapi ini, bagi Gerrard pasti tak kalah berat. Lagipula, kita
sebagai fans sudah terbiasa ditinggalkan orang-orang yang kita cintai dan kita
banggakan.
Mungkin Gerrard lelah, dan ingin
suasana baru. Kompetisi musim lalu begitu menguras tenaga dan pikirannya. Liga
Inggris itu keras, sedikit saja melakukan kesalahan, ia langsung jadi bahan
ejekan fans klub lain. Ribuan meme Gerrard kepleset diproduksi, dijadikan
bahwan tertawaan. Beban yang tidak lebih ringan ketimbang yang dipikul alay dan
jomblo yang jadi selalu jadi materi Stand Up Comedy.
Maka, hargailah niat hengkangnya.
Meski usia tak lagi muda, Gerrard masih butuh bermain rutin. Ia pun tidak ingin
makan gaji buta, dibayar besar tapi jarang bermain. Di lain pihak, lini tengah
Liverpool butuh penyegaran. Daripada mengorbankan anak-anak muda potensial di
Anfield, lebih baik Gerrard yang pergi. Sungguh sebuah pemikiran yang mulia.
Percayalah, masa depan Liverpool
ada di tangan pemuda. Lini tengah tim musim ini pun padat merayap, banyak
pemain muda yang menunggu jatah main dan berkembang. Dan sudah saatnya, tim ini
tidak terlalu bergantung pada Gerrard seperti jomblo yang butuh bahu pacar
imajinernya. Coba tengok, kutipan wawancara pemain-pemain Liverpool yang selalu
mengungkapkan rasa terima kasih pada Gerrard yang telah membimbing mereka.
Henderson, Sturridge, bahkan Sterling, berkembang di bawah dampingan Gerrard.
Pada dua laga saat Gerrard tak masuk line up, para pemain muda harapan fans
Liverpool itu mampu tampil apik dan mengalahkan tim lawan. Kini, masuknya
Gerrard ke starting XI seperti masuknya Ariel ke penjara bagi Peterpan. Hampir
setengah bencana.
Bayangkan, jika Gerrard terus
dipaksakan bermain di setiap laga, bagaimana staminanya yang sudah menurun itu
terkuras habis. Lucas Leiva akan semakin jarang tampil. Para junior butuh
bermain sebagaimana anak-anak burung belajar terbang. Gerrard adalah pemain
hebat, tapi masa keemasannya telah berlalu. Ia berada di puncak performanya
saat Sterling, Coutinho, dan Lallana masih bermain di tim junior.
Daripada berduka ditinggal
Gerrard, lebih baik fokuskan pikiran tim pada perburuan pemain baru. Ingat,
saat ini tim tengah berada di posisi yang tidak baik. Lini depan masih mandul,
lini belakang berantakan. Cuma bisa memasukan 28 gol dan kebobolan sampai 27
kali adalah catatan yang sangat buruk, Bung! Daripada meratapi kepergian
Gerrard, tentu fokus berburu pemain bagus jauh lebih penting. Kalau gak bisa
berburu pemain bagus, ya setidaknya berburu gebetan baru.
Dengan kehadiran pemain baru,
Liverpool bisa membantu Gerrard mengakhiri karirnya di Anfield dengan manis.
Satu trofi Piala FA akan menjadi kado manis bagi ulang tahun sang kapten
fantastik. Piala itu akan menjadi salam perpisahan manis bagi Gerrard. Tak perlu
lagi berduka. Ayo kerja, kerja, kerja, demi Piala FA. Kalau tidak mampu
mendapatkan piala FA setidaknya ayo berburu Piala Citra.
Mari balas ejekan fans tim-tim
instan itu. Sebuah gelar di akhir karier Gerrard bakal jadi pembuktian bahwa
Liverpool bukan tim yang nggak bakal menang lagi. Mari buktikan, jika kebesaran
Gerrard tak bisa dihancurkan oleh licinnya rumput Anfield musim lalu. Dan
bersyukurlah, karena mereka yang menjadikan Gerrard bahan ejekan sudah menerima
karma dengan melihat pemain pujaannya mencetak gol ke gawang klub kesayangannya
setelah pindah. Mantan selalu membawa malapetaka. Camkan itu!
Gerrard memang pemain yang tak
tergantikan dalam sejarah Liverpool dua dekade ini. Tapi ingatlah, tidak ada
pemain yang lebih besar dari klub. Pemain dan pelatih boleh masuk dan keluar,
tapi Liverpool harus tetap berjaya. Selamat jalan, Kapten, semoga kau tidak
pindah ke New York City FC. Kalau main di klub Indonesia sih, tidak masalah.
Cuma biasakan pakai helm. Di sini, lemparan batu adalah tanda cinta suporter
kepada gundul para pemain sepakbola.
Catatan: Tulisan ini juga dimuat di Mojok.co
0 komentar:
Posting Komentar