Perdebatan soal tembakau di Indonesia antara orang-orang
kesehatan dan perokok tidak pernah selesai. Semua diskusi berujung pada debat
kusir, tanpa masing-masing pihak berupaya memahami paradigma lawan diskusinya.
Akibatnya, hingga hari ini kebencian terhadap rokok tetap saja merajalela. Dan
hak-hak perokok masih saja dikebiri.
Di Indonesia, kedua belah pihak selalu saja berperkara.
Padahal, masing-masing pihak sebenarnya bisa saling bergandeng tangan, bekerja
bersama demi membangun negeri ini. Tembakau bisa berkembang dan kesehatan tetap
terjamin. Tak percaya, coba lihat negeri kecil bernama Kuba di Amerika sana.
Di dunia, salah satu tembakau terbaik dihasilkan oleh kuba.
Soal kesehatan, Kuba pun menjadi salah satu negara terbaik yang menjamin
warganya tetap sehat. Dan keduanya tetap berjalan beriringan tanpa banyak
gesekan.
Industri tembakau di Kuba memang mendapatkan banyak ancaman,
salah satunya adalah embargo produk Cerutu Kuba oleh Amerika. Namun, pemerintah
Kuba menyadari potensi ekonomi dan sosial yang terdapat pada cerutu. Karena itu
pangsa pasar cerutu dialihkan ke Eropa dan membuat industri tembakau di Kuba
terus berkembang.
Kuba bukanlah negara besar dan subur seperti Indonesia.
Namun, angka kesejahteraan disana jauh lebih tinggi, dilihat dari presentase
angka buta huruf rakyat Kuba yang mendekati 0%. Hal ini disebabkan kemampuan
pemerintah Kuba untuk memaksimalkan kemampuan industri mereka.
Sementara itu di bidang kesehatan, Kuba adalah salah satu
eksportir terbesar tenaga kerja dokter di seluruh dunia. Hingga April 2012, ada
38,868 tenaga dokter professional Kuba yang bekerja di 66 negara. Kemapanan
sistem kesehatan Kuba memang tercipta berkat kebijakan pendidikan gratis untuk
calon dokter. Bahkan, di sana terdapat sekolah khusus dokter yang memberi
beasiswa bagi calon dokter dari seluruh dunia.
Soal biaya kesehatan, Kuba menjamin semua warganya untuk
mendapatkan pengobatan cuma-cuma. Meski kekayaan alam Kuba tak sebanyak
Indonesia, mereka mampu memaksimalkan luas wilayah yang tak seberapa untuk
kepentingan masyarakatnya. Tentu saja, industri tembakau adalah salah satu
sumber devisa Kuba yang memberi jaminan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Sedangkan di Indonesia, industri tembakau selalu dianggap
sebagai pembuat masalah di bidang kesehatan. Mereka yang berdiri di garda depan
menolak rokok selalu menanggap pemasukan negara yang dihasilkan dari tembakau
tak bisa menutupi dampak kesehatan yang dibuatnya.
Padahal, anggaran kesehatan yang terdapat pada APBN pertahun
hanya berkisar 40 Triliun, tak sampai setengah penerimaan Negara dari Cukai di
Indonesia yang mencapai 100 Triliun pertahun. Itu baru cukai, belum ditambah
pajak-pajak lainnya yang berkaitan dengan industri tembakau.
Dalam hal tembakau dan kesehatan, Indonesia seharusnya
belajar dari Kuba yang mampu menjalankan kedua hal tersebut tanpa gesekan.
Memantapkan Industri nasional demi menjamin kesejahteraan masyarakat, salah
satunya di bidang kesehatan.
Namun, yang terjadi adalah saat Indonesia masih sibuk berbenah
dalam urusan jaminan kesehatan, masyarakat Kuba sudah menikmati jaminan
kesehatan secara cuma-cuma. Dan ketika industri tembakau Kuba semakin
berkembang, di Indonesia justru diciptakan regulasi yang mematikan industri
tembakau.
0 komentar:
Posting Komentar