Kiri selalu diidentikan dengan hal-hal yang negatif.
Pembangunan paradigma ini dilakukan terus menerus selama puluhan tahun dan
berkembang menjadi sebuah doktrin, “kiri” adalah sesat. Sosialisme, Komunisme,
dan segala hal yang diidentikkan dengan kiri dijauhi. Karena “kanan”,
kapitalisme dan liberalisme adalah yang paling benar.
Begitulah perlakuan pemenang perang dunia kepada kiri.
Kejatuhan Sovyet sebagai poros besar kekuatan “kiri” menjadi momen dimana kiri
dihabisi oleh para lawannya. Pembangunan cerita kekejaman kiri dilangsungkan,
kiri adalah pelaku kejahatan kemanusiaan, kiri adalah penjahat perang, dan
kanan yang menjadi pahlawan.
Akibatnya, “kanan” yang dipercaya memegang kendali dunia.
Melalui tangan-tangannya, “kanan” memberi bantuan pada Negara-negara yang
membutuhkan. Pinjaman utang melalui Bank Dunia atau Lembaga Moneter
Internasional diberikan tanpa cuma-cuma. Akhirnya, Negara-negara miskin
dijadikan lahan untuk dihisap kekayaan alamnya.
Ketergantungan, inilah yang kemudian dihadapi Negara-negara
penghamba bantuan, termasuk Venezuella. “Kanan” seperti menjadi candu bagi
mereka yang tak mampu melepaskan diri dari hutang yang menjerat. Sebagai
tumbal, ketidakmampuan untuk membayar hutang ini, “kanan” kemudian menghisap
kekayaan alam yang menjadi sumber penghasilan mereka.
Hugo Chavez sadar akan hal ini. Ia yang dibesarkan dari
lingkungan memprihatinkan kemudian tergerak hatinya untuk membebaskan bangsanya
dari cengkraman tangan setan bernama “kanan”. Kemudian, ia juga melakukan daya
upaya untuk menghancurkan pola pikir bahwa “kiri” adalah hal yang tidak baik.
Ketika Kahlil Gibran mengejawantahkan cintanya pada
puisi-puisi, El Commandante berpuisi dalam perbuatan; ketika menggelontor
korban tsunami Aceh dan gempa Haiti dengan bantuan yang besarnya ”keterlaluan”,
memapah Jamaika yang diamuk hutang 16 triliun dollar Amerika, hingga merangkul
Mahmud Ahmadinejad yang kesepian akibat hoax program senjata nuklir, di Iran
sana.
Begitulah Chavez, ia berani melakukan subsidi minyak dengan
cuma-cuma pada Negara-negara yang membutuhkan. Ia sadar, Venezuella memiliki
alat perang ampuh bernama minyak yang dibutuhkan berbagai Negara termasuk
empunya “kanan” Amerika Serikat. Dengan minyak, ia melepaskan Venezuella dari
jeratan hutang dan berkembang sebagai Negara penolong bagi Negara miskin di
dunia.
Ia membuktikan pada dunia, bahwa paradigma yang selama ini
dipropagandakan adalah salah, “kiri” bukanlah sesuatu yang menakutkan bahkan
“kiri” adalah penolong bagi semua. El Commandante kemudian mendorong
Negara-negara dunia untuk mandiri dan tidak bergantung pada Bank Dunia apalagi
IMF. Venezuella bahkan mendorong untuk membuat Bank Pembangunan Amerika Latin
sebagai tandingan bagi Bank Dunia.
Begitulah Chavez. Ketulusannya dalam membangun dunia tanpa
ketidakadilan benar-benar tergambar dalam buku yang ditulis Tofik Pram ini.
Dalam buku “Hugo Chavez Malaikat Dari Selatan”, perjuangan yang mengharukan
dari Chavez benar-benar mampu disajikan dengan baik untuk para pembaca. Tak
hanya itu, penulis juga menampilkan sosok Chavez sebagai manusia yang mencintai
sastra dan wanita.
Sebagai buku biografi, buku ini mampu mengulas pemikiran dan
menjelaskan kebijakan Hugo Chavez sebagi Presiden Venezuella dan pelopor
kebangkitan dunia untuk melawan kesewenang-wenangan “kanan” terhadap dunia. Tak
diragukan, buku ini sangat layak dibaca oleh masyarakat, apalagi orang-orang
yang masih merasakan ketidakadilan.
Sambil mengutip kalimat endorsement dari Sudjiwotedjo, buku
tentang Chavez ini sebaiknya menjadi bacaan wajib kecuali bagi para pengkhianat
bangsa yang sudah tenteram dan makmur untuk sementara waktu sebagai
boneka-boneka kapitalis global.
Hugo Chavez Malaikat Dari Selatan
Penulis :
Tofik Pram
Ukuran :
13 X 20,5 cm
Penerbit :
Imania
ISBN :
978-602-7926-02-8
0 komentar:
Posting Komentar