Reformasi tanpa Revolusi hanya seonggok tumpukan ilusi.
Tiga belas tahun pasca Reformasi Indonesia masih menjadi
Negara yang carut marut. Bagaimana tidak begitu, hingga rezim pemerintahan yang
baru ini masyarakat masih saja merasakan bentuk lain dari penjajahan. Berpaku
pada Harian Kompas tanggal 23 Mei 2011, 50% lebih perekonomian Indonesia
dikuasai oleh pihak asing. Hal ini tentu saja berpengaruh pada masyarakat kecil
yang gagal bersaing dengan para kapitalis asing dengan setumpuk dolar untuk
membeli hati pemerintah.
Bila kita lihat, perekonomian yang sekarang ini carut marut
adalah akibat dari kebijakan ekonomi yang diambil oleh rezim otoriter yang
pernah berkuasa sebelum direformasikan oleh mahasiswa. Rezim pengguna kebijakan
yang jauh berbeda dari pemerintahan Founding Father bangsa ini. Jika
pemerintahan pertama di Indonesia tidak berpaku pada asing dalam menjalankan
ekonomi dan kehidupannya, maka rezim pemberi hutang terbesar mengandalkan asing
dalam pembangunan di Indonesia.
Akibat dari hutang yang membengkak berlipat gulipat itu,
Indonesia kini harus menanggung beban APBN yang cukup besar guna pembayaran
bunga dari hutang tersebut, itu pun belum termasuk hutangnya. Bahkan dalam
jangka yang cukup panjang pun hutang masih harus dilakukan yang katanya guna
menyejahterakan masyarakat.
Namun cukup banyak pula pemasukan, baik dari APBN maupun
hutang luar negeri, yang justru masuk ke kantong pribadi maupun golongan. Kini
banyak partai yang menggunakan kadernya yang berkuasa demi mendapatkan modal
untuk pemilu selanjutnya dan terus begitu berulang-ulang. Akhirnya, ketika kita
bicara perbaikan ekonomi, yang diperbaiki hanya angka-angka yang dihasilkan
dari survei yang juga penuh kebohongan.
Pantas, banyak orang yang muak dengan kata perubahan.
Kata-kata yang digembar-gemborkan di saat kampanye menjelang pemilu, dan
berakhir setelah ada yang menang. Tak ada lagi penindak-lanjutan dari kata
perubahan itu, hanya jadi isapan jempol belaka. Manusia telah berubah, demi
politik praktisnya, rela membohongi manusia lainnya juga dirinya sendiri.
Melihat kondisi Negara sekarang, lengkap dengan pemerintah
juga alat kelengkapannya, sulit bicara perubahan. Bicara perubahan yang dibawa
aktivis 98 pun bisa dibilang memuakkan, karena hanya mampu menjatuhkan
kekuasaan jendral tua pemimpin orba, bukan merontokkan kebiasaan buruk dan
bodoh pemerintah. Sepertinya Reformasi memang telah gagal. Memang Roformasi
butuh Revolusi. Dan Reformasi tanpa Revolusi
hanya seonggok tumpukan ilusi.
perubahan..... "PERkataan Untuk BerkhAyal dengan sejuta impiAN"
BalasHapusakankah ada akhir yang bagus ketika awal sudah rusak?
apakah jika tidak ada awal yang rusak, negeri ini tetap baik?
memang ketika dalam suatu gubuk gandum terdapat seekor tikus, maka kita harus menyingkirkan tikusnya
BalasHapustapi gandum-gandum yang telah tercemar oleh sang tikus pun harus dimusnhakan agar kita tak tercemar oleh virus yang dibawa sang tikus