Puthut EA memang bukan lagi seorang aktivis gerakan sosial. Namun kepekaan sosialnya tiada berkurang seiring aktivitasnya sebagai peneliti. Hal ini mampi ia tunjukan melalui sebuah kumpulan cerpen terbarunya, yang menjadi bagian dari perayaan 15 tahun Ia berkarya.
Ya, Drama Itu
Berkisah Terlalu Jauh menjadi satu daru dua kumcer yang diluncurkan bersamaan
dengan perayaan tersebut. Dalam kumcer ini, Puthut menunjukan kepada para
aktivis gerakan sosial, bahwa tragedi kemanusiaan yang terjadi mampu
digambarkan tanpa pertumpahan darah. Drama ini bisa dikisahkan secara
sederhana.
Hal inilah yang
dilakukan Puthut dalam menggambarkan peristiwa 65 juga 98. Tanpa
menendang-nendang pemilik kekuasaan, Puthut hanya menggambarkan kehidupan
orang-orang yang secara sadar maupun tidak, terlibat dalam tragedi bangsa ini.
Memulai buku ini
melalui Cerpen Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh, Puthut menggambarkan kisah
hidup sepasang muda-mudi yang menjadi teman sepermainan sejak kecil. Menceritakan
kisah cinta, kenakalan, cita-cita dan perjuangan untuk menjadi bagian dari
kejatuhan sebuah rezim. Sayang, sang pemuda kemudian tak pernah pulang dari
medan juang.
Tanpa ada
kekerasan dan pertumpahan darah, Puthut hanya mengisahkan kesedihan Ibu dan
kekasih yang kehilangan sang pemuda. Tak perlu mendramatisir sebuah tragedi.
Begitu pula
dalam cerpen Koh Su. Puthut tak menggambarkan peristiwa 65 sebagai sebuah ajang
pembantaian. Sekali lagi, Phutut tak menggambarkan darah yang tumpah, hanya
sebuah kisah tukang nasi goreng yang hilang setelah prahara tersebut.
Ya, ini hanya
sebuah kisah tentang tukang nasi goreng yang menjadi mitos. Sebuah cerita
tentang resep legendaris dari koki yang tak pernah kembali setelah persitiwa
65. Benar-benar cerita sederhana, tentang rempah yang diolah dan orang-orang
yang mendapuk diri sebagai penerus resep lezat tadi.
Atau coba simak
kisah dalam cerpen Doa Yang Menakutkan. Bagi saya inilah cerpen paling memukau dalam
kumcer ini. Di cerpen ini, Puthut sukses menggambarkan psikologi seorang anak
dan traumanya terhadap kekerasan yang menggunakan nama Tuhan. Sebuah terror
terhadap minoritas yang merenggut keyakinan anak tadi.
Ya, tanpa
berusaha menjadi seorang aktivis, Puthut hanya menggambarkan kisah yang apa
adanya. Tanpa perlu memberikan efek drama, kenyataan yang terjadi sudah begitu
menjadi drama. Kumcer ini merupakan sebuah kumpulan kisah yang terjadi di
kehidupan masyarakat kita, ini memang kisah yang terjadi di kehidupan
masyarakat kita.
ISBN : 978-602-1318-05-8
Penulis : Puthut Ea
Penerbit : PUSTAKA EA
Tanggal Terbit : 2014-03-01
Jumlah Halaman :
184 hal
0 komentar:
Posting Komentar