Belum lama ini sebuah klub sepak bola asal Amerika Serikat, LA GALAXI datang untuk bertanding melawan Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Hal tersebut tentu saja merupaan sebuah angin segar bagi persepakbolaan nasional yang telah lama tak dikunjungi oleh tim berskala internasional. Dan hal tersebut juga menjadi sebuah sinyal yang menunjukan keamanan di Indonesia.
Publik kita tentu masih ingat ketika klub sekelas Manchester United gagal bermain di Indonesia karena keamanan yang dipermasalahkan setelah terjadinya peledakan bom di Jakarta. Ketika itu masyarakat pecinta bola dikecewakan kasus yang membuat keamanan Indonesia kembali dipersalahkan.
Rizki Fauzi, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta adalah satu masyarakat yang kecewa akan hal tersebut. Menurutnya, Indonesia belum dapat dikatakan aman, terlebih dengan kasus-kasus terorisme yang masih menghantui masyarakat. Apalagi akhir-akhir ini konflik antar masyarakat kerap terjadi dan menambah ketidaknyamanan publik.
Fauzi juga menambahkan, ketidakamanan yang dirasakan masyarakat itu diperparah dengan ketidaksanggupan aparat keamanan dalam menanggulangi konflik dan kasus-kasus tersebut. Baginya, aparat keamanan hanya melakukan tindakan represif untuk menyelesaikan konflik, bukan untuk menanggulangi dan mengurangi jumlah kasus tersebut.
Senada dengan Fauzi, M. Yordan, aktivis UKM Kopma UIN mengatakan bahwa aparat dan pemerintah kurang tegas dalam bertindak. Menurutnya, hukuman seharusnya memberi efek jera bagi pelaku kejahatan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, hukum bukan hanya tak mampu member efek jera, tetapi juga dapat diperjualbelikan kepada pihak yang memiliki kekuatan, seperti kasus Gayus Tambunan yang bisa pergi ke Bali.
0 komentar:
Posting Komentar