Historiografi Indonesia masih kacau. Banyak penulisan sejarah yang tidak berdasarkan fakta dan data. Seperti sejarah peristiwa G30S yang pernah ditulis dengan kebohongan para Gerwani memotong penis para perwira Angkatan Darat dan sejarah Indonesia yang katanya dijajah 350 tahun oleh belanda. Begitulah adanya penulisan sejarah yang terjadi di Indonesia.
Dalam banyak kesempatan, sejarah palsu tersebut dipropagandakan melalui banyak media, seperti film, Koran, diktat sejarah, bahkan lagu. Coba saja tengok film pengkhianatan G30S/PKI karya Arifin C Noer dengan propaganda anti komunisnya atau film Janur Kuning karya Alam Rengga Surawidjaja yang mengkisahkan kepeloporan Soeharto pada Serangan Umum 1 Maret. Padahal banyak hal dari kedua film tersebut yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
Begitu juga pada lagu 17 Agustus 1945 yang menggemakan hari lahirnya bangsa Indonesia. Padahal, jika dilihat dari peristiwa yang terjadi, 17 Agustus adalah peristiwa merdekanya Republik Indonesia, bukan lahirnya bangsa Indonesia. Disini kembali terjadi sebuah kesalahan dalam menuliskan sejarah Indonesia.
Nama Indonesia sendiri sebetulnya dipakai pertama kali sebagai sebuah nama organisasi oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 1920. Lalu Hatta juga menggunakan nama Indonesia sebagai nama organisasi pelajar di belanda yakni Perhimpoenan Indonesia. Hingga kemudian nama Indonesia banyak digunakan oleh organisasi-organisasi lain.
Lalu, jika merujuk pada historiografi yang benar, maka proses lahirnya bangsa Indonesia dimulai pada saat Kongres Pemuda. Kongres sendiri terjadi pada tahun 1926, dimana terlaksana sebuah pertemuan antar kelompok pemuda yang digagas oleh Mohammad Tabrani Soerjowitjitro yang mewakili organisasi Jong Java. Tujuan kongres tersebut, adalah menggugah semangat kerja sama di antara bermacam-macam organisasi pemuda di tanah air, supaya dapat diwujudkan dasar pokok lahirnya persatuan Indonesia, di tengah-tengah bangsa di dunia.
Dalam Kongres pertama ini juga muncul wacana bahasa persatuan yang diusulkan oleh Muhammad Yamin. Saat itu Ia menyatakan hanya dua bahasa, Jawa dan Melayu, yang berpeluang menjadi bahasa persatuan. Namun Yamin yakin bahasa Melayu yang akan lebih berkembang sebagai bahasa persatuan. Namun saat itu Tabrani menolak usulan itu dengan alasan, kalau nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasa itu harus disebut bahasa Indonesia dan bukan bahasa Melayu, walaupun unsur-unsurnya Melayu.
Begitulah sejarah lahirnya bangsa, dengan segala perdebatan dan usulan, Kongres Pemuda berlanjut pada tahun 1928. Inilah tonggak terpenting dalam lahirnya bangsa Indonesia. Pada Kongres ini, Yamin memainkan peran penting untuk membidani lahirnya bangsa ini. Di detik-detik terakhir kongres, ia mengedarkan secarik kertas kepada pimpinan dan peserta kongres. Di kertas itulah gagasan Sumpah Pemuda ada.
Dengan dibacakannya Sumpah ini, maka lahirlah bangsa Indonesia ini. Sejarah telah membuktikan bahwa kongres itu telah menjadi “api” yang mencetuskan persatuan nasional bangsa Indonesia untuk melawan kolonialisme. Kemudian, dalam berbagai bentuk perjuangan kemerdekaan, nama Indonesia selalu digunakan sebagai identitas kebangsaan hingga terwujudnya proklamasi kemerdekaan kelak.
Begitulah kenyataan yang terjadi, dimana pemuda dengan semangat dan perjuangannya berhasil membidani kelahiran bangsa Indonesia. Maka, pantaslah kita sekali lagi menggugat historiografi Indonesia, dan kembali menyadarkan kepada masyarakat jika lahirnya bangsa Indonesia ini bukanlah terjadi saat proklamasi, melainkan ketika para pemuda nusantara bersumpah untuk persatuan Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar