Aditia Purnomo

Memaknai Pengorbanan Sondang

2 comments


Beberapa waktu lalu, terjadi peristiwa yang cukup mencengangkan rakyat Indonesia. Tepat di depan Istana Presiden, terjadi sebuah aksi bakar diri yang dilakukan oleh seseorang yang kemudia dikenali sebagai Sondang Hutagalung. Mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) ini kemudian meninggal akibat luka bakar yang mencapai angka 90% akibat aksi nekatnya ini.

Menurut beberapa kawan aktifis, ia nekad melakukan aksi tersebut karena frustasi dengan segala perlakuan pemerintah yang semakin hari kian menindas rakyat. Setidaknya hal itulah yang disebutkan kordinator KontraS saat memberikan penjelasan perihal aksi “nekat” Sondang tersebut.

Ratusan kawan-kawan mahasiswa, baik dari UBK maupun dari universitas lainnya, mengantar kepergian Sondang menuju pembaringan terakhirnya. Layaknya pahlawan, di dalam acara pemakaman tersebut, pihak kampus memberi Sondang gelar Sarjana Kehormatan atas keberanian dan ketulusannya mengorbankan nyawa demi memperlihatkan kepada pemerintah akan penindasan yang mereka lakukan terhadap rakyat. Aksi solidaritas pun digelar guna mengnang keberanian Sondang.

Meskipun begitu, hingga saat ini masih kurang jelas apa alasan Sondang melakukan aksi tersebut. Meski banyak yang mengatakan itu adalah bentuk dari rasa kecewa Sondang terhadap pemerintah, tak sedikit pula yang menganggap ini adalah bentuk lain dari pengalihan isu.

Begitu juga banyaknya opini masyarakat yang menganggap kejadian ini adalah sebuah bentuk dari bunuh diri yang sia-sia belaka. Mereka menganggap tragedi Sondang ini bukanlah sesuatu yang bermanfaat. Meski tak sedikit juga kalangan yang mengapresiasikan pengorbanan Sondang.

Oleh karena itu, peristiwa ini harus dijadikan momentum. Pengorbanan Sondang takkan sia-sia, apabila perjuangan yang telah ia lakukan diteruskan oleh seluruh lapisan yang memiliki harapan yang sama dengannya, yakni menjatuhkan rezim tirani demi terciptanya Indonesia sejahtera.

Pengorbanan Sondang memang benar akan sia-sia, apabila kita, sebagai penonton dan penikmat aksi beraninya, hanya duduk diam terpaku meratapi kezaliman rezim dan hanya mengomentari dan mempolitisir aksi Sondang Hutagalung.

Maka dari itu, pemuda, buruh, tani, dan seluruh elemen mayarakat harus berani turun ke jalan, meneriakan dengan lantang bahwa masyarakat sudah muak dengan prilaku tirani. Mari kita berjuang bersama-sama agar segala yang telah dilakukan oleh para pejuang kemanusiaan, tidak hanya Sondang, tapi Munir dan juga yang lainnya tidak menjadi sesuatu yang sia-sia.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

2 komentar: