Aditia Purnomo


Siang hari yang terik pada April 2010, empat orang mahasiswa dari ciputat, menggelar sebuah aksi yang tak lazim. Mereka, dengan kostum rok mini berumbai dan penutup bagian dada dari plastik kresek hitam, melakukan tarian dengan mempertontonkan perut mereka sebagai protes kepada anggota dewan yang terlalu sering studi banding ke luar negeri.

Salah satu dari empat peserta itu, mendapatkan perhatian yang lebih dari media. Sebagai peserta dengan perut paling menonjol, Doci, begitu Ia akrab disapa, dengan bergairah terus menggoyang tubuhnya. Sebagai aktivis, kredebilitas dan militansinya tak bisa diragukan.


Selamat Natal, Pak Jokowi, semoga anda terus diberikan keberkahan dari Yang Maha Suci. Saya tahu, anda bukan penganut Nasrani, meski ada beberapa orang yang percaya kalau anda Nasrani, tapi saya yakin anda takkan marah jika saya menyelamati anda. Toh, anda merayakan natal bersama masyarakat Papua.

Dalam pendidikan organisasi, saya percaya jika makian adalah cara yang baik untuk menempa seseorang. Ini bukan soal kekejaman, melainkan sebuah kasih sayang terhadap peserta didik organisasi. Ingat, pujian adalah racun dunia.

Ketika membincangkan sindikasi blog www.jombloo.co, mungkin orang akan mengira jika blog buliabel ini dicipta semata untuk membuli, menjatuhkan kepribadian seseorang. Sayangnya, dibalik semua bulian yang ada, terselip sebuah harapan agar pihak yang dibuli segera bergegas, bergerak, atau apalah itu untuk membuktikan pada pembuli jika jomblo juga bisa dapat jodoh. Dan itulah harapan kami.

Dalam pendidikan berorganisasi, ada beberapa hal yang perlu kita pahami. Pertama, keseriusan. Dalam hal ini, banyak orang yang serius, juga banyak yang tidak serius. Ini poin penting. Karena sebodoh apapun seseorang, selama dia serius belajar pasti ada perkembangan. Meski tidak signifikan.


Berita duka kembali menghampiri dari tanah Papua. Empat siswa SMA di Paniai tewas ditembaki secara brutal oleh aparat militer. Hal ini kembali menjadi preseden buruk bagi pemerintahan Jokowi. Pasalnya, selama masa pilpres, masyarakat Papua menyandarkan harapannya akan perubahan di Papua kepada Jokowi. Tak pelak, Jokowi menang telak disana, suara Papua mengantarnya ke Istana.

Tapi belum lama menjabat, peristiwa berdarah ini terjadi. Tak beda dengan kasus-kasus sebelumnya, aparat masih melihat rakyat Papua sebagai kaum Inlander, seperti bangsa jajahan. Dengan senang hati aparatur negara, baik yang sipil maupun militer, juga priyai setempat, menghisap kekayaan papua untuk kepentingan segolongan kecil saja.



Semakin hari saya semakin muak dengan pemberitaan tentang pemerintah baru. Mulai dari presiden sampai pembantunya selalu sibuk cari sensasi. Yang terbaru, Mentri Kelautan dan Perikanan yang nyentrik itu dengan bangga menyatakan telah menenggelamkan 3 kapal nelayan milik asing. 

Sensasi lagi. Lho, ya betul. Sensasi. Padahal, kapal yang ditenggelamkan oleh marinir itu hanya kapal kecil. Jumlahnya pun cuma tiga, masih bisa dihitung jari. Segitu saja sudah bangga, mbok ya belajar dulu sama yang lebih senior.

Bu Susi, anda perlu belajar dari pendahulu anda di pemerintahan. Hampir sepuluh tahun lalu, ada seorang menteri kordinator yang punya rekam jejak lebih bagus dari anda. Bukan lebih, tapi jauh lebih bagus. Sebut saja namanya, Ical. Ia pengusaha, sama seperti Anda.


Seminggu setelah diumumkan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) telah sampailah pada saat yang terburuk. Dampak negatif dari kebijakan Presiden baru, Ir. Joko Widodo telah dirasakan hingga ke pelosok dimensi. Kebijakan ini, ibarat luka lama bersemi kembali, memunculkan kembali dosa pemerintah yang mengakibatkan dampak  sistemik, terstruktur, dan massif bagi rakyat Indonesia.

Berikut 4 dampak terburuk dari kenaikan 

Sambel Warteg Kini Tak Lagi Merah

Kabar buruk kedua didapat dari warteg. Kenaikan harga sembako, khususnya cabai yang begitu melejit, membuat mbak-mbak warteg frustasi memuaskan pelanggan. Mereka bimbang untuk menaikan harga makanan karena akan membuat pelanggannya menderita. Tapi jika tidak, mereka bakal tekor. 

Dan yang terburuk dari itu, kini sambel di warteg tidak lagi memakai cabai merah, tapi cabai hijau. Bayangkan, biasanya mahasiswa miskin kayak saya ini, yang kalau makan cuma pakai tahu-tempe bisa merasakan lezatnya makan dengan sambel cabai merah khas mbak-mbak warteg, kini… ah 

Membuat Aparat Kepolisian Jadi Gampang Marah

Ini penting. Karena, tugas polisi sebagaimana slogannya adalah melindungi dan melayani. Tapi lihat, berapa banyak berita yang menggambarkan keberingasan polisi belakangan ini. Sedikit-sedikit, polisi emosi ketika mahasiswa melakukan demonstrasi. Sedikit-sedikit polisi emosi mendengar orasi mereka. Sedikit-sedikit polisi emosi memukuli wartawan. Sedikit-sedikit lama-lama peluru 

Menciptakan Konflik Horizontal Pada Masyarakat

Kenaikan harga BBM memang selalu menimbulkan pro-kontra. Tapi, kali ini konflik yang diciptakannya bisa dibilang paling parah. Yang mendukung, menghujat jika kenaikan BBM perlu dilakukan biar masyarakat tidak malas dan manja. 

Tak puas sampai disana, mereka merasa perlu membawa hal-hal yang sebenarnya tidak relevan masuk ke perdebatan. Mereka mengecam, “naek dua rebu aja protes, rokok yang 16 rebu aja bisa beli”. Untungnya, mereka tidak mengeluarkan kalimat tolol macam “naek dua rebu protes, paket internet yang cepek ceng aja bisa lu beli”. Bisa dibayangkan jika kalimat ini keluar, bisa buyar dunia persosmedan.

Bagi yang menolak, kemudian mengecam balik dengan kalimat progresif macam “kenaikan BBM ini akan membuat rakyat semakin menderita dan miskin” atau “menaikan upah buruh 20% aja alotnya minta ampun, giliran naikin bbm gerak cepat” . ya, minimal yang nolak bakal bilang “situ punya duit lebih, tapi masih pake premium, bikin subsidi bengak aje”. Sedangkan, mereka yang benar-benar tidak mampu hanya bisa menangis dan memohon pada 

Membuat Masyarakat Gagal Move On dari Perkara Copras-Capres 

Inilah dampak yang terburuk. Membuat masyarakat, yang mulai bosan dan ingin move on dari perkara copras-capres, jadi terbawa suasana dan meributkan kembali perkara masa lalu. Yang pendukung wowo bilang “nah, gua bilang apa, ketahuan kan capres lu itu komprador, antek asing, makan tuh BBM naek”. 

Sedangkan, yang dukung Jokowi melakukan pledoi dengan “emang kalo prabowo yang jadi presiden, bbm nggak bakal naek?”. Dan begitu terus berulang-ulang sampai dunia kiamat.

Seharusnya, Presiden bisa membaca dampak-dampak ini sebelum memutuskan kenaikan harga BBM. Karena, dampak-dampak ini bisa membuat para pendukung khilafah melakukan kudeta yang dapat membuat republik ini bubar. Allahuakbar!

Dan seharusnya, tak perlu terjadi perdebatan antara dua aktivis sosmed, Arman Dhani dan Agus Mulyadi yang dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk terus berdebat dan berkelahi. Karena, sebagaimana diketahui, keduanya adalah sahabat sejati. Senasib dan sepenanggungan. Semoga saja, kedepannya pemerintah dapat membaca aspek ini sebelum membuat kebijakan yang merugikan. Amin.
Puluhan mahasiswa terlihat menunaikan ibadah aksi, mereka menolak rencana Presiden Joko Widodo yang berencana mengurangi subsidi BBM. Aksi dilakukan di depan kampus UIN Jakarta, dengan harapan para wartawan mendokumentasikan ibadah itu untuk disajikan pada khalayak bersama ibadah serupa yang dilaksanakan oleh mahasiswa se-nusantara.

Sementara itu, di dalam kampus tengah dilaksanakan operasi senyap. Anggota lembaga eksekutif mahasiswa beserta para senator yang juga mahasiswa, tengah mempersiapkan hajat besar demokrasi kampus. Namun sekali lagi, persiapan dilangsungkan dengan senyap, tanpa banyak diketahui aktivis kampus apalagi mahasiswa biasa.

“Kalau cinta sudah dibuang, jangan harap keadilan akan datang. Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperbudak jabatan”

Begitulah kira-kira jika negeri ini tidak memiliki cinta. Secara sederhana, Virgiawan Listianto atau yang lebih akrab dipanggil Iwan Fals menggambarkan, bagaimana jika masyarakat sudah kehilangan cinta, perkara kemanusiaan pun menjadi soal urusan belakangan. Inilah yang kemudian mulai mewabah dalam kehidupan masyarakat kita. 

Dewasa kini, masalah percintaan di Indonesia semakin kronis. Perkara cinta hari ini tereduksi pemaknaannya hingga tataran cabe-cabean, jomblo ngenes, dan pernikahan mewah.


Jangan salahkan Ariel bila Ia tetap dicintai meski kasus video porno membawanya ke penjara. Sebagai musisi, tidak ada yang salah dari diri Ariel. Menggawangi band paling sukses pada masanya, Ariel membuktikan pada khalayak jika kualitas bermusiknya tidak bisa dinodai oleh gaya hidupnya. Karena, sebagai musisi, Ia adalah profesioal sejati.

Inilah yang kemudian, secara tidak langsung, juga diamini oleh Presiden Joko Widodo. Dalam menyusun kabinet, Ia secara serius mencari para pekerja sejati. Dari proses yang serius itulah, muncul nama sosok pekerja keras yang sebelumnya tidak dikenal, Susi Pudjiastuti. Lantas, siapa Susi Pudjiastuti?

Siapa bilang siaran bola akhir pekan menjadi pelipur lara para jomblo diakhir pekan? Coba tanyakan pada para pens Liverpool, pernyataan ini tidak berlaku bagi mereka. Jangankan jomblo, pens Liverpool yang punya pacar pun bisa merasa siaran bola akhir pekan sebagai cobaan berat.

Tak percaya, coba tengok performa Liverpool musim ini. Betapa mengerikannya performa tim dari semua lini. Jendral lini tengah, sang kapten fantastik telah lanjut usia, namun pelatih masih ragu untuk menggantikannya dengan yang muda.


Kiri selalu diidentikan dengan hal-hal yang negatif. Pembangunan paradigma ini dilakukan terus menerus selama puluhan tahun dan berkembang menjadi sebuah doktrin, “kiri” adalah sesat. Sosialisme, Komunisme, dan segala hal yang diidentikkan dengan kiri dijauhi. Karena “kanan”, kapitalisme dan liberalisme adalah yang paling benar.

Begitulah perlakuan pemenang perang dunia kepada kiri. Kejatuhan Sovyet sebagai poros besar kekuatan “kiri” menjadi momen dimana kiri dihabisi oleh para lawannya. Pembangunan cerita kekejaman kiri dilangsungkan, kiri adalah pelaku kejahatan kemanusiaan, kiri adalah penjahat perang, dan kanan yang menjadi pahlawan.

Akibatnya, “kanan” yang dipercaya memegang kendali dunia. Melalui tangan-tangannya, “kanan” memberi bantuan pada Negara-negara yang membutuhkan. Pinjaman utang melalui Bank Dunia atau Lembaga Moneter Internasional diberikan tanpa cuma-cuma. Akhirnya, Negara-negara miskin dijadikan lahan untuk dihisap kekayaan alamnya.

Ketergantungan, inilah yang kemudian dihadapi Negara-negara penghamba bantuan, termasuk Venezuella. “Kanan” seperti menjadi candu bagi mereka yang tak mampu melepaskan diri dari hutang yang menjerat. Sebagai tumbal, ketidakmampuan untuk membayar hutang ini, “kanan” kemudian menghisap kekayaan alam yang menjadi sumber penghasilan mereka.

Hugo Chavez sadar akan hal ini. Ia yang dibesarkan dari lingkungan memprihatinkan kemudian tergerak hatinya untuk membebaskan bangsanya dari cengkraman tangan setan bernama “kanan”. Kemudian, ia juga melakukan daya upaya untuk menghancurkan pola pikir bahwa “kiri” adalah hal yang tidak baik.

Ketika Kahlil Gibran mengejawantahkan cintanya pada puisi-puisi, El Commandante berpuisi dalam perbuatan; ketika menggelontor korban tsunami Aceh dan gempa Haiti dengan bantuan yang besarnya ”keterlaluan”, memapah Jamaika yang diamuk hutang 16 triliun dollar Amerika, hingga merangkul Mahmud Ahmadinejad yang kesepian akibat hoax program senjata nuklir, di Iran sana.

Begitulah Chavez, ia berani melakukan subsidi minyak dengan cuma-cuma pada Negara-negara yang membutuhkan. Ia sadar, Venezuella memiliki alat perang ampuh bernama minyak yang dibutuhkan berbagai Negara termasuk empunya “kanan” Amerika Serikat. Dengan minyak, ia melepaskan Venezuella dari jeratan hutang dan berkembang sebagai Negara penolong bagi Negara miskin di dunia.

Ia membuktikan pada dunia, bahwa paradigma yang selama ini dipropagandakan adalah salah, “kiri” bukanlah sesuatu yang menakutkan bahkan “kiri” adalah penolong bagi semua. El Commandante kemudian mendorong Negara-negara dunia untuk mandiri dan tidak bergantung pada Bank Dunia apalagi IMF. Venezuella bahkan mendorong untuk membuat Bank Pembangunan Amerika Latin sebagai tandingan bagi Bank Dunia.

Begitulah Chavez. Ketulusannya dalam membangun dunia tanpa ketidakadilan benar-benar tergambar dalam buku yang ditulis Tofik Pram ini. Dalam buku “Hugo Chavez Malaikat Dari Selatan”, perjuangan yang mengharukan dari Chavez benar-benar mampu disajikan dengan baik untuk para pembaca. Tak hanya itu, penulis juga menampilkan sosok Chavez sebagai manusia yang mencintai sastra dan wanita.

Sebagai buku biografi, buku ini mampu mengulas pemikiran dan menjelaskan kebijakan Hugo Chavez sebagi Presiden Venezuella dan pelopor kebangkitan dunia untuk melawan kesewenang-wenangan “kanan” terhadap dunia. Tak diragukan, buku ini sangat layak dibaca oleh masyarakat, apalagi orang-orang yang masih merasakan ketidakadilan.

Sambil mengutip kalimat endorsement dari Sudjiwotedjo, buku tentang Chavez ini sebaiknya menjadi bacaan wajib kecuali bagi para pengkhianat bangsa yang sudah tenteram dan makmur untuk sementara waktu sebagai boneka-boneka kapitalis global.

Hugo Chavez Malaikat Dari Selatan
Penulis                 : Tofik Pram
Ukuran                 : 13 X 20,5 cm
Penerbit               : Imania

ISBN                      : 978-602-7926-02-8


Beberapa waktu lalu, saya sempat mendengar jika Toko Buku Kalam akan pensiun. Ya, toko buku yang pernah menjadi salah satu tempat penyebaran buku-buku yang dilarang pada akhir Orde Baru ini akan tutup usia. Tentu menyedihkan mendapat kabar seperti ini ketika dunia literasi Indonesia tengah berkembang.

Saya sendiri tidak tahu apa alasan pasti Toko Buku ini tutup, tapi sekadar menerka, saya rasa toko ini tutup karena mulai hilangnya pembaca yang berkunjung kesana. Sekadar info, dulu toko buku ini ramai dikunjungi karena menjadi tempat ngumpulnya anggota Komunitas Utan Kayu. Namun, sejak 2009 Komunitas Utan Kayu sudah pindah ke Salihara.

Pada masanya, toko buku ini menjadi semacam oase ditengah kehomogenan terbitan yang ada di Indonesia. Saat itu, keberadaan buku alternatif masih sangat jarang, dan hanya beredar dibeberapa tempat, salah satunya Toko Buku Kalam ini. Tetralogi Buru karya Pram yang saat itu dilarang pun bisa ditemukan di tempat ini.



Saat kecil, mungkin kamu memiliki cita-cita mulia, kamu ingin menjadi petugas pemadam kebakaran. Ketika itu, kamu berpikir, pasti keren membawa mobil merah besar dengan sirine yang mengiung kencang, lalu datang menyelamatkan warga yang rumahnya kebakaran. Terlihat seperti pahlawan.

Tapi, mblo, tahukah kamu, cita-cita mulia saat kecil itu masih terbawa dalam pola pikirmu saat ini. Mungkin cita-citamu telah berubah, tapi pola pikir “terlihat keren seperti pahlawan” itulah yang membuatmu masih menjomblo saat ini.


Kuliah sebenarnya adalah salah satu hal yang mendukung kepribadian saya. Hanya saja, perspektif kuliah saya tentu berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Bagi saya, persoalan kuliah adalah bagaimana mampu mendapatkan pengetahuan baru, dan setelahnya diaplikasikan sebagaimana Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Bagi saya dan beberapa rekan sejenis, kuliah di kelas adalah hal yang membosankan. Untuk hal ini, banyak hal yang mendukung kebosanan kami (saya dan rekan sejenis). Sebagai contoh, dosen yang mengajar sering terlambat (meski kami juga sering), tak masuk tanpa kabar (membuat mahasiswa membuang-buang waktu saja), dosen kolot yang tak mau didebat (ingat, dosen bukan dewa, dan mahasiswa bukan kerbau), serta bermacam alasan yang membuat saya tak terangsang untuk berada di kelas.




Apa Kabar, Cak? Tak terasa sudah 10 tahun kau pergi untuk selama-lamanya. Di udara, ya, seperti lagu buatan Efek Rumah Kaca, kau menghembuskan nafas terakhir di pesawat yang kau tumpangi untuk menuntut ilmu. Sayang sekali, impianmu harus terhenti di udara.

Apa kabar, Cak? Aku tahu pasti bahwa jasadmu telah dimakan cacing. Lagipula, kematianmu sudah 10 tahun, tentunya jasadmu telah membusuk bahkan tinggal menyisakan tulang-belulang. Tapi tahukah kau, Cak? Semangatmu belum padam hingga hari ini. Masih banyak orang yang menyebutkan namamu, bahkan pada poster bergambar wajahmu dituliskan kalimat “Tidak Mati, Kami Berlipat Ganda”.

Puthut EA memang bukan lagi seorang aktivis gerakan sosial. Namun kepekaan sosialnya tiada berkurang seiring aktivitasnya sebagai peneliti. Hal ini mampi ia tunjukan melalui sebuah kumpulan cerpen terbarunya, yang menjadi bagian dari perayaan 15 tahun Ia berkarya.

Ya, Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh menjadi satu daru dua kumcer yang diluncurkan bersamaan dengan perayaan tersebut. Dalam kumcer ini, Puthut menunjukan kepada para aktivis gerakan sosial, bahwa tragedi kemanusiaan yang terjadi mampu digambarkan tanpa pertumpahan darah. Drama ini bisa dikisahkan secara sederhana.

Hal inilah yang dilakukan Puthut dalam menggambarkan peristiwa 65 juga 98. Tanpa menendang-nendang pemilik kekuasaan, Puthut hanya menggambarkan kehidupan orang-orang yang secara sadar maupun tidak, terlibat dalam tragedi bangsa ini.

Masih ingatkah kita tentang sebuah memori, dimana sebuah gol sunduluan penyerang tim nasional korea selatan menembus ketatnya pertahanan grendel Italia pada tahun 2002?

Ya, nama Ahn Jung Hwan akan selalu dikenang sebagai seorang pahlawan dan penjahat dalam dunia lapangan hijau. Bagi rakyat korea selatan, Ahn adalah pahlawan yang berada dalam generasi emas sepakbola negeri ginseng. Sedangkan bagi Italia, Ahn adalah seorang penjahat yang merebut mimpi jutaan warga Negeri Pizza untuk melihat Gli Azzuri membawa pulang trophy piala dunia.



Di tengah pusaran hidup yang semakin berat, semakin banyak orang yang berpaling pada dunia hiburan dan lebih khusus lagi, hiburan yang memotivasi. Industri hiburan paham betul bagaimana menggarap agenda-agenda motivasi yang mampu membius perhatian masyarakat banyak. Industri ini kemudian menelurkan buku, film, lagu, bahkan orang-orang yang secara langsung memberi ceramah motivasi.
Sebagai sebuah negara, Amerika Serikat tak perlu diragukan lagi kedigdayaannya. Sebagai negara adidaya, AS menjadi kiblat dari banyak negara, dan tentu tak banyak negara yang berani berkonfrontasi dengannya. Mulai dari kekuatan kapital maupun militer, AS adalah yang negara yang terdepan.

Pada periode awal abad milenium, Afganistan menjadi salah satu contoh nyata buktu kehebatan AS. Dengan memakai isu menghabisi terorisme, AS kemudian melancarkan teror nyata kepada negara bangsa di dunia betapa digdayanya mereka dalam membangun serangan militer.
Sejarah Indonesia adalah sejarah gerakan. Dulu, mahasiswa Sekolah Dokter mempelopori gerakan kebangkitan nasional. Lalu, gerakan dari kumpulan perhimpunan pemuda berhasil menciptakan sebuah sumpah untuk Indonesia. Dan ketika Republik ini baru lahir, gerakan pemuda jugalah yang berjuang untuk mempertahankannya.

Begitulah sejarahnya Indonesia, sejarahnya gerakan. Meski gerakan selalu dianalogikan dengan aksi jalanan yang selalu dijadikan kambing hitam kerusuhan, gerakan bagi kami memiliki makna berarti untuk memperjuangkan ideologi.


"Ketika Hidupmu Buntu, Tertawalah"

Ketika hidupmu buntu tertawalah, inilah hal yang ingin diangkat Jacob Julian dalam novelnya, Comedy Of Juno. Mengangkat tema stand up comedy, Jacob berupaya mengngungkapkan kisah renyah diiringi tawa tentang seorang rocker gagal yang bertranformasi menjadi seorang comic, panggilan bagi seorang pelaku stand up comedy.

Dalam novel ini, penulis menekankan transformasi yang dialami Juno sebagai konflik utama dalam buku ini. Hal ini dapat dilihat dari alur cerita yang menekankan perjuangan Juno untuk bangkit setelah terbuang dari band yang dibentuknya hingga kemudian bertemu dengan seorang mentor yang membawanya tersesat di jalan yang benar.

Kotor, dekil, jorok, berandal, dan tak bisa diatur, itulah kata-kata yang terlintas dalam pikiran banyak orang tentang anak jalanan. Mereka selalu dianggap sebagai sebuah kotoran yang tak layak dan tak boleh masuk ke tempat suci seperti masjid. Ya, begitulah diskriminasi yang selalu anak jalanan rasakan dari mereka yang merasa paling suci.

Namun, seorang dari lingkungan hidup “borju” justru hadir mengulurkan tangan untuk mereka para penerus bangsa ini. Meski memiliki latar belakang yang kontradiktif, orang ini malah terlibat langsung dalam penanganan “sampah” bagi masyarakat kebanyakan. Dialah Roostien Ilyas, wanita yang disebut sebagai ibunya gelandangan.

Mengambil latar kisah hidupnya, dua penulis muda, Zakky Zulhazmy dan Aziz Raharjo menghadirkan perjuangan aktivis sosial dan dunia “sampah” di dalam buku “Tuhan Kenapa Salat Itu Mahal?”



Semua sudah kupersiapkan. Tempat, waktu, mental, dan kehadiranmu. Ya, kita telah membuat janji untuk bertemu di mushola di depan koperasi. Tentu ini bukan pertemuan untuk solat berjamaah, atau untuk mengikuti mentoring dengan anak rohis. Ini janji bertemu berdua, antara kamu dan aku.

Ya, dalam pertemuan ini aku berencana untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat penting. Ini adalah tentang perasaan seorang laki-laki terhadap perempuan. Sesuatu yang membuatku mempersiapkan mentalku sedemikian rupa hanya untuk bicara padamu. Ya, aku akan mengatakan cinta kepadamu.



Permintaan maaf hanyalah sebuah pengakuan dosa. Dan pengakuan dosa pada akhirnya hanyalah sebuah permohonan ampunan. Maka ketika muncul isu jika negara hendak meminta maaf kepada korban pelanggaran HAM, banyak orang bereaksi.

Sebut saja pergulatan yang dialami oleh Franz Magnis Suseno. Ketika ia mendengar isu tadi, ia langsung menyampaikan dukungannya di sebuah harian besar Indonesia. Ia meminta Presiden meminta maaf kepada korban 65.

Beberapa hari berselang, muncul Sulastomo, mantan ketua PB HMI yang menolak isu tersebut. Ia menuntut. Jika ada permintaan maaf kepada para korban 65, lantas, siapa yang harus minta maaf atas apa yang diperbuat PKI?



Jangan bahas masa depan bersamaku. Bagiku masa depan selalu pahit. Karena itu biarlah ia datang tanpa dipersiapkan. Kamu pun memutuskan untuk memilih masa depanmu sendiri, tidak kamu bicarakan denganku. Maka, biarlah aku sendiri yang memutuskan bagaimana hidupku nanti. Jadi tak perlu bahas masa depan bersamaku.

Kamu selalu meributkan masa depan, seakan ia tak akan datang bila tak dipersiapkan. Kamu selalu berharap yang indah dalam mimpimu itu. Memang tak salah kamu berharap yang seperti itu. Kamu adalah wanita baik dengan harapan yang baik. Tapi kamu pun tahu, aku menjalani hidup dengan cita-cita yang begitu tinggi. Aku terdidik dalam kerasnya kehidupan politik.

Beginilah akibat dari PP 109 tahun 2012 tentang tembakau, tulisan gahar bernada peringatan muncul dalam setiap iklan rokok. “Rokok Membunuhmu,” begitu tegasnya. Ah, betapa kerasnya pemerintah menanggapi kami para perokok yang dianggap sebagai biang rusaknya kesehatan masayarakat. Padahal saya, sebagai perokok yang secara sadar mengkonsumsi barang legal tersebut, tidak pernah merasakan permasalahan dalam soal rokok ini.


Melihat iklan ini membuat saya merenungkan apa yang telah saya dan rokok lakukan selama ini. Sekadar nostalgia kembali mengingat masa-masa saya muda dulu. Pertama kali saya menghisap rokok adalah ketika saya duduk di bangku sekolah dasar. Tentu hal ini dilakukan belum secara sadar. Kalau kata mereka, prilaku ini terjadi akibat indahnya pergaulan.



Dalam hidup, banyak pergulatan yang terjadi disekitar saya. Pertemuan antara faksi-faksi dalam hidup, menuntun saya menjadi diri yang sekarang. Namun diantara sedemikian banyak hal yang terjadi, kira-kira ada lima hal yang paling mempengaruhi hidup saya. Tentu kelima hal ini ada di lingkungan ekstern keluarga. Berikut kelima hal tersebut.