Aditia Purnomo

Samsung Galaxy S9 Plus VS Huawei P20 Pro, Sama-sama Bagus, Siapa Lebih Baik?

Leave a Comment

Rilisnya Huawei P20 Pro ke pasaran membawa sebuah kekecewaan besar bagi saya. Meski kehadirannya berhasil menghebohkan dunia gajet, Huawei P20 Pro tetap memiliki satu kekurangan: belum menggunakan teknologi pemindai sidik jadi di dalam layar (on screen fingerprint). Beberapa ponsel anyar yang sudah menggunakan teknologi tersebut termasuk Vivo Nex dan Xiaomi Mi 8 Explorer.

Huawei P20 Pro menempatkan pemindai sidik jarinya pada bagian dagu sehingga menyisakan sedikit ruang di bagian bawah muka ponsel. Andai saja Huawei menggunakan teknologi pemindai sidik jari di dalam layar gajet ini, kemungkinan besar saya bakal melepas Samsung Galaxy S9+ yang saya miliki untuk digantikan oleh ponsel ini.

Meskipun demikian, flagship-nya Huawei ini disambut dengan cukup antusias oleh pasar. Dengan menawarkan spek gahar dan harga yang sedikit lebih murah dari ponsel flagship lain semisal Samsung Galaxy S9+, P20 mendapat popularitas yang cukup tinggi seperti halnya Xiaomi Redmi Note 5 atau Asus Zenfone Max Pro yang terkenal dengan aroma gaibnya itu. Apalagi ponsel ini telah masuk secara resmi ke Indonesia setelah lolos uji TKDN yang membuatnya bisa dibanderol lebih murah ketimbang kalau gajet itu masuk lewat jalur impor.

Dari banyak review yang beredar, ponsel Huawei P20 Pro memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada Samsung S9+. Kesalahan-kesahalan fatal yang ada di Samsung S9+ berhasil dimaksimalkan oleh P20 Pro. Misalnya pada sektor face unlock yang begitu menyebalkan di Samsung S9+.

Meskipun diklaim Samsung bahwa penggunaan face unlock ini jauh lebih aman ketimbang metode unlock yang lain, proses pemindaian wajah dan retina berbasis intelligent scan pada S9+ ini terbilang lamban dan tidak efektif. Ini berbanding terbalik dengan pemindaian wajah pada P20 Pro yang berjalan dengan amat lancar.

Itulah alasan mengapa saya amat menantikan teknologi pemindaian sidik jari di dalam layar. Kerepotan yang hadir karena pemindai wajah yang harus presisi dan letaknya di body belakang bakal menghilang. Dengan teknologi itu pula dimensi layar gajet bakal semakin luas, sementara desain belakang bodi gajet jadi lebih simpel.

Soal kemampuan menjalankan aplikasi secara bersamaan, kedua ponsel terbilang imbang mengingat jeroan yang dimiliki sudah amat mumpuni. Keduanya memiliki prosesor terbaik karya vendor masing-masing plus disokong oleh kapasitas RAM jumbo yang mencapai 6GB.

Dari sisi performa, keduanya boleh dibilang terbaik. Huawei P20 Pro jadi sedikit lebih unggul karena memiliki baterai yang lebih besar dan awet dibanding Samsung Galaxy 9 Plus.

Sektor unggulan Huawei P20 Pro yang lain adalah dari sisi kameranya. Ponsel ini terdiri dari tiga jenis kamera belakang yang masing-masing mempunyai kemampuan yang berbeda. Dengan mengandalkan kamera utama beresolusi 40MP dengan sensor optik F1.7, kamera monokrom 20MP, serta kamera tele 8MP dengan kemampuan tiga kali optical zoom, ponsel ini berhasil mengalahkan kemampuan kamera Samsung S9+.

Samsung Galaxy S9+ hanya mampu melakukan dua kali optical zoom saja. Di luar itu, hasil tangkapan kedua kamera ponsel ini sama-sama bagus. Hanya saja, sistem pengolahan gambar pada Huawei P20 Pro bisa memberikan output saturasi warna yang lebih natural. Fitur Master AI yang mampu mengenali dan menyesuaikan reproduksi warna yang bergantung pada objek gambar menjadi nilai tambah yang lain. Mungkin inilah yang membuat hasil gambarnya menjadi lebih baik.

Jangan khawatir, Samsung Galaxy S9+ juga menawarkan fitur dual-aperture F/1.5 dan F/2.4 yang membuat kita mampu mengatur bukaan lensa bergantung pada kondisi cahaya saat mengambil gambar. Kamera depannya yang hanya sebesar 8 MP tidak ‘selebay’ pada Huawei P20 Pro yang mencapai 24 MP. Dua hal ini menjadi kemenangan Samsung S9+ atas Huawei P20 Pro pada sektor kamera.

Satu-satunya sektor yang dimenangkan telak oleh Samsung S9+ adalah dari sisi desain bodinya. Penempatan dual kamera belakang Samsung Galaxy S9+ yang disejajarkan dengan pemindai sidik jari membuatnya lebih sedap dipandang.

Samsung S9+ menggunakan layar infinity display dengan bentuk tepi melengkung. Tipe layarnya tentu saja masih jadi andalan Samsung, yakni Super Amoled beresolusi QHD+ 2960×1440 pixel. Coba bandingkan dengan desain layar kaku P20 Pro yang cuma bertipe Amoled dan punya resolusi lebih rendah, yakni 2244×1080 pixel.

Sementara itu, desain bodi belakang Huawei P20 Pro sebenarnya juga tidak kalah ciamik. Tampil polos tanpa pemindai sidik jari serta penempatan triple kamera di bagian sisi kiri atas, membuat warna twilight dari ponsel ini lebih kental. Hanya saja, tulisan Huawei di body belakang justru membuatnya jadi tidak lebih keren ketimbang Samsung Galaxy S9+.

Suka atau tidak, pandangan masyarakat soal ponsel keren masih berkutat pada merek-merek Samsung atau Apple. Meskipun sama-sama bagus, tingkat kebanggaan kala memegang Huawei P20 Pro bagi saya tetap tak bisa mengungguli kecantikan Samsung Galaxy S9+.

Lagian, buat apa sih kita beli hape flagship kalau tidak untuk pamer dan sok keren?

Pertama terbit di Mojok
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar