Aditia Purnomo

Tak Perlu Mendramatisir Sebuah Drama

Leave a Comment

Puthut EA memang bukan lagi seorang aktivis gerakan sosial. Namun kepekaan sosialnya tiada berkurang seiring aktivitasnya sebagai peneliti. Hal ini mampi ia tunjukan melalui sebuah kumpulan cerpen terbarunya, yang menjadi bagian dari perayaan 15 tahun Ia berkarya.

Ya, Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh menjadi satu daru dua kumcer yang diluncurkan bersamaan dengan perayaan tersebut. Dalam kumcer ini, Puthut menunjukan kepada para aktivis gerakan sosial, bahwa tragedi kemanusiaan yang terjadi mampu digambarkan tanpa pertumpahan darah. Drama ini bisa dikisahkan secara sederhana.

Hal inilah yang dilakukan Puthut dalam menggambarkan peristiwa 65 juga 98. Tanpa menendang-nendang pemilik kekuasaan, Puthut hanya menggambarkan kehidupan orang-orang yang secara sadar maupun tidak, terlibat dalam tragedi bangsa ini.
Memulai buku ini melalui Cerpen Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh, Puthut menggambarkan kisah hidup sepasang muda-mudi yang menjadi teman sepermainan sejak kecil. Menceritakan kisah cinta, kenakalan, cita-cita dan perjuangan untuk menjadi bagian dari kejatuhan sebuah rezim. Sayang, sang pemuda kemudian tak pernah pulang dari medan juang.

Tanpa ada kekerasan dan pertumpahan darah, Puthut hanya mengisahkan kesedihan Ibu dan kekasih yang kehilangan sang pemuda. Tak perlu mendramatisir sebuah tragedi.

Begitu pula dalam cerpen Koh Su. Puthut tak menggambarkan peristiwa 65 sebagai sebuah ajang pembantaian. Sekali lagi, Phutut tak menggambarkan darah yang tumpah, hanya sebuah kisah tukang nasi goreng yang hilang setelah prahara tersebut.

Ya, ini hanya sebuah kisah tentang tukang nasi goreng yang menjadi mitos. Sebuah cerita tentang resep legendaris dari koki yang tak pernah kembali setelah persitiwa 65. Benar-benar cerita sederhana, tentang rempah yang diolah dan orang-orang yang mendapuk diri sebagai penerus resep lezat tadi.

Atau coba simak kisah dalam cerpen Doa Yang Menakutkan. Bagi saya inilah cerpen paling memukau dalam kumcer ini. Di cerpen ini, Puthut sukses menggambarkan psikologi seorang anak dan traumanya terhadap kekerasan yang menggunakan nama Tuhan. Sebuah terror terhadap minoritas yang merenggut keyakinan anak tadi.

Ya, tanpa berusaha menjadi seorang aktivis, Puthut hanya menggambarkan kisah yang apa adanya. Tanpa perlu memberikan efek drama, kenyataan yang terjadi sudah begitu menjadi drama. Kumcer ini merupakan sebuah kumpulan kisah yang terjadi di kehidupan masyarakat kita, ini memang kisah yang terjadi di kehidupan masyarakat kita.

ISBN                   : 978-602-1318-05-8
Penulis                : Puthut Ea
Penerbit               : PUSTAKA EA
Tanggal Terbit     : 2014-03-01
Jumlah Halaman : 184 hal

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar