Aditia Purnomo

Agar Masyarakat Tak Takut Naik Air Asia

2 comments

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang gampang heboh. Sedikit kejadian bisa jadi pembahasan berminggu-minggu dan mampu mempengaruhi psikologi masyarakat.Itu pula yang terjadi pada kasus Air Asia QZ8501. Kecelakaan yang menimpa pesawat itu begitu mempengaruhi tingkah polah masyarakat.

Seperti biasa, setelah terjadi peristiwa nggak ngenakin, pejabat pemerintahan baru melakukan sidak, baru sok-sok peduli sampai pake adegan marah-marah. Seakan dapet momentum buat narsis, acara sidak yang sebenarnya nggak diliput wartawan sampai dibroadcast via BBM. Pokoknya biar banggain kayak Fahri Hamzah yang jadi pejabat paling sering diliput media onlen. Kan ngeselin.

Oke-oke, sindrom narsis pejabat kita memang nggak tahu tempat. Di saat orang-orang berduka, pejabat kita malah sibuk tampil di depan publik biar kelihatan kerja.

Mestinya, pejabat kita perlu belajar sama Bu Risma, Walikota Surabaya yang ngegusur Gang Doly. Kalau mau keliatan kerja, ya beneran kerja kaya doi. Dari awal kejadian sampe sekarang, selalu siaga menjamin hak-hak warganya yang jadi korban. Kalau nggak kuat kayak bu Risma, ya minimal kasih penjelasan yang bisa menjaga stabilitas penerbangan nasionallah.

Begini, masyarakat kita terlalu mudah dipengaruhi. Saban hari sejak kecelakaan, masyarakat dikasih berita soal mengerikannya langit Indonesia. Dikit-dikit awan cumolonimbus, dikit-dikit ngebahas jeleknya pengawasan soal aturan penerbangan, begitu terus teror dunia penerbangan kita.

Akibatnya, jadi banyak orang yang takut naik pesawat. Mantan aktivis yang nggak kenal takut sekelas kepala suku Mojok aja jadi takut naik pesawat. Padahal, mobilitas menjadi kunci bagi masyarakat di era modern ini. Walhasil, omset kereta api yang subsidinya udah dihapus jadi naik. Makasih pak Jonan.

Saya sebenarnya juga takut naik pesawat. Bukan apa-apa, saya takut ketinggian. Meski sudah beberapa kali terbang, tetap saja perasaan takut selalu ada.  Apalagi setelah kejadian AirAisa. Tapi, karena dikerjain ketua komunitas kretek terpaksa saya harus naik pesawat. Begini ceritanya.

Sekitar seminggu lalu, saya meminta izin telat ke Jogja untuk menyelesaikan proses peremajaan website komunitaskretek.or.id. Saya bilang, saya akan naik kereta. Alasannya agar hemat ongkos. Namun, ditengah ketakutan masyarakat naik pesawat, saya dipaksa ketua untuk naik pesawat. Air Asia pula.

Dengan dalih kemanusiaan, pak ketua bilang “Kalau semua orang takut naik Air Asia, bisa bangkrut maskapai itu. Sekarang aja sahamnya sudah jatuh. Kasihan pegawainya kalau perusahaan bangkrut, mau makan apa anak istri mereka?”

Dasar pengagum Pram, kemanusiaan saya pun terusik. Akhirnya saya pun dengan gagah berani menaiki pesawat itu. Tapi dasarnya penakut, begitu duduk nyali saya menciut. Ini memang jadi tabiat saya.

Berani diawal, begitu ketemu ceweknya langsung modyar. Apalagi, ditengah perjalanan pesawat mengalami turbulensi akibat cuaca kurang baik. Walhasil, saya jadi orang yang ingat dosa, ingat utang, dan ingat mantan. Sepanjang turbulensi, mulut saya komat-kamit, berharap selamat sampai tujuan.

Alhamdulillah, pesawat mendarat dengan selamat. Tak terjadi insiden apa-apa selain saya hampir ngompol karena nahan pipis. Toh pesawat yang digunakan maskapai saat ini sudah semakin modern. Pilot-pilotnya pun punya jam terbang tinggi. Ketakutan masyarakat hanya akibat konstruksi media.

Sesampainya di Sekret, pak ketua bilang salut sama saya. “Nah gitu, Dit. Ini soal empati, kalau bukan kamu siapa lagi yang naik AirAsia. Lah wong aku aja sekarang nggak berani naik pesawat, mending naik kereta, lebih aman,” ujar pak ketua dengan santai.

Saya pun hanya terdiam sambil zikir dalam hati. Asu-asu-asu-asu sampai 33 kali.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

2 komentar:

  1. tulisan yang kata mas puthut ea nggak bisa dinilai ini memang nggak ada yg komentar ... serem yah, sampe2 justru jadi menang di lomba mojok award ...


    selamat yaaa :D ... mungkin menang gara2 naik pesawat air asia

    BalasHapus