Akhir pekan kemarin saya berkesempatan mengunjungi
Kabupaten Kebumen, salah satu daerah yang memiliki area perkebunan tembakau.
Kedatangan saya ke sini memang tidak dalam rangka melihat kesiapan musim tanam
di perkebunan, tapi karena sebuah undangan dari kelompok masyarakat yang
menamakan diri mereka Laskar Kretek. Ya, saya diminta untuk berbagi pengalaman
advokasi kretek yang selama ini dilakukan Komunitas Kretek.
Ada banyak hal yang kiranya saya sampaikan
ketika berada di forum. Namun, ada satu bahasan yang kiranya menarik perhatian
saya saat berbincang dengan teman-teman di sana. Kira-kira, begini pokok
bahasannya: kenapa anak muda sekarang malu atau tidak lagi mau mengisap sigaret
kretek tangan?
Kalau dipikir-pikir, saya sendiri selama ini
secara selang-seling mengisap Djarum MLD, Djarum Super, atau Dji Sam Soe
Premium. Meski yang menjadi andalan adalah LA Lights, sajian utama ketika ingin
mengisap kretek. Apakah pola konsumsi kretek saya membenarkan anggapan seperti
di atas? Kurang lebih begini jawaban saya.
Buat saya dan sebagian besar kretekus yang
tinggal di kota besar, kemudian juga bekerja di gedung perkantoran, pilihan
mengisap kretek mild menjadi solusi dari minimnya waktu yang bisa kami
alokasikan kala penat menghadapi pekerjaan. Pada satu waktu, saya pernah harus
beraktivitas di lantai 20-an sebuah perkantoran, yang di sana ya tidak tersedia
ruang untuk merokok. Artinya, kalau mau ngudud, saya perlu turun dulu hanya
untuk mengisap sebatang rokok.
Pada posisi seperti itulah, kemudian kretek
mild adalah jawaban paling masuk akal dari permasalahan kami. Mengingat, waktu
kami untuk merokok kala bekerja tidak banyak, kami butuh rokok yang lebih
praktis untuk dikonsumsi. Karena rokok putih seperti Malboro bukan selera saya,
maka LA Lights yang menjadi pilihan.
Hidup di ibukota, juga kawasan perkotaan,
memaksa kami untuk bergerak dengan cepat ketika menjalani aktivitas harian.
Kebanyakan orang harus bangun subuh untuk bisa mengejar kereta pagi atau
mendahului kemacetan supaya tiba di kantor tepat waktu. Coba bayangkan,
seandainya sebelum berangkat kami memilih mengisap Dji Sam Soe yang lebih
padat, ya bisa-bisa telat datang ke kantor adalah hal yang biasa kami dapati.
Walau memang, tidak hanya karena faktor itu
kretek mild jadi lebih digemari ketimbang kretek tangan. Ada faktor lain
seperti mitos kesehatan yang melulu diserukan, sehingga pola konsumsi
masyarakat menjadi berubah. Jika dulu lebih suka pada kretek tangan yang
memiliki cita rasa kuat, lengkap dengan tar dan nikotin yang tinggi, maka
sekarang kebanyakan orang memilih kretek mild yang lebih ringan kadar tar dan
nikotinnya. Semua karena apa, ya karena mitos bahwa produk dengan tar dan
nikotin yang lebih rendah tentu saja menjadi lebih sehat.
Mitos-mitos macam begini dulu menjadi hal yang
amat dipertimbangkan oleh masyarakat. Walau hari ini hal seperti tadi sudah
jarang didengar, tetapi kebiasaan konsumsi masyarakat telah berubah. Kretek
mild sudah lebih digemari pasar, hingga akhirnya semakin menggeser posisi
kretek tangan. Kurang lebih seperti itu.
Tetapi fenomena ini tidak berarti kretek
tangan sama sekali tidak digemari, terutama oleh anak muda. Saya kira masih ada
sebagian kawan-kawan saya yang mengonsumsi kretek tangan seperti Dji Sam Soe
atau Gudang Garam Merah. Kalau kata mereka sih, kretek jenis ini lebih memiliki
cita rasa yang kuat. Walau semua tetap bergantung pada selera dan kebiasaan
konsumsi masing-masing.
Memang, kretek tangan adalah produk yang
menyerap paling banyak tenaga kerja di sektor industri hasil tembakau. Dan
kretek tangan adalah produk yang benar-benar khas buatan nusantara. Namun yang
perlu diingat adalah, kepunahan kretek tangan hanya bakal terjadi ketika FCTC diadopsi
dalam hukum di Indonesia, dan regulasi dibuat dengan tujuan untuk membatasi tar
dan nikotin yang ada pada produk olehan tembakau. Kalau sudah yang seperti ini
terjadi, ya jangankan kretek tangan, kretek secara keseluruhan bisa jadi bakal
punah dihabisi produk alternatif tembakau yang ditawarkan oleh kelompok
kesehatan.
Pertama terbit untuk Komunitas Kretek
0 komentar:
Posting Komentar