Melihat keadaan Yunani yang dianggap bangkrut karena gagal
bayar utang ke Bank Dunia, banyak pengamat dadakan menilai Indonesia bakal
mengalami hal serupa kalau masih dipimpin Presiden Jokowi. Penilaian mereka
tentu bukan tanpa alasan. Menimbang berbagai gambar dan tautan dari media
kekinian bermodal dotcom dan berbasis syariah, argumentasi yang mereka bagikan
di media sosial tentu sulit dibantah. Hanya bisa diberi jempol, kalau perlu
sepuluh jempol sekaligus.
Pada beberapa tautan pengamat dadakan itu, bisa dibaca kalau
Indonesia memiliki utang mencapai 4000 triliun, melebihi anggaran belanja
negara dalam setahun, yang nggak bakal bisa dibayar Jokowi, dan bisa bikin
negara jadi bangkrut. Bayangkan, dari informasi yang mereka bagi, utang
Indonesia selama dipimpin Jokowi ini menyamai utang Indonesia selama 32 tahun
orde baru. Artinya, dalam setahun Jokowi sudah bisa melampaui Soeharto dalam
urusan utang negara.
Hebat, kan?
Karena itu, Indonesia tak boleh lama-lama dipimpin presiden
ceking itu. Selain dia antek kuminis dan antek neolib sekaligus, dia juga anak
kandung demokrasi. Popularitasnya di mata orang awam disebabkan demokrasi yang
kebablasan dan media arus utama yang jadi wadah pencitraannya. Jokowi juga bisa
menang karena sistem demokrasi.
Demokrasi adalah biang dari segala kebobrokan negara ini.
Kecuali kalau Pak Prabowo yang menang.
Untuk mengatasi semua masalah ini, tentu sudah disebarkan
juga tautan yang berisi solusi. Solusi yang bukan hanya bakal menyelamatkan
Indonesia dari keterpurulan, tapi juga menyelamatkan umat dari segala kemunkaran.
Yak, apabila demokrasi menghasilkan pemerintah yang zalim, Prabowo kalah
pilpres, dan presiden terpilih tak mampu mengurus negara, hanya ada satu kata: LAWAN
KHILAFAH!
Kalau Anda masih meragukan khilafah, saya pikir Anda perlu
belajar lagi. Tidak perlu banyak baca buku Sejarah Peradaban Islam atau datang
ke negara-negara di Timur Tengah, cukup baca tautan dari media-media bermodal
dotcom dan berbasis syariah, dijamin Anda bakal dapat hidayah.
Tanpa khilafah, tidak akan ada kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Karena elit politik yang berbasis demokrasi itu
serakah, hanya memikirkan kepentingan golongan. Sedang dalam sistem Khilafah,
sila kelima itu bukan cuma rumus kode buntut yang hanya berisi khayalan.
Ingat, dalam sistem khilafah, masyarakat akan dilindungi dari sistem kapitalisme yang
merusak. Tidak bakal ada pemilik modal, cuma ada segelintir orang kaya yang
menjalankan bisnis negara. Sistem Khilafah sangat memuliakan wanita. Tidak ada
lagi diskriminasi terhadap wanita, cuma tidak boleh keluar malam dan naik motor
ngangkang saja.
Khilafah juga melindungi kelompok minoritas. Orang-orang
non-muslim dibiarkan ibadah sesuai ajaran mereka, cuma bangun tempat ibadahnya
saja yang sulit. Dan yang paling penting, dalam sistem khilafah belum pernah
nilai tukar dolar terhadap rupiah mencapai angka 13 ribu. Tentu karena dalam
sejarah modern belum pernah sistem khilafah ini berlaku.
Lagipula, tak ada yang salah dalam sistem khilafah. Tak
pernah ada. Sedangkan, demokrasi memunculkan pemimpin macam Jokowi yang lalim
dan selalu salah mengambil kebijakan. Coba demokrasi melahirkan pemimpin
seperti Pak Prabowo, sayangnya dia kalah.
Dalam sistem khilafah, tak pernah ada pemimpin yang
melakukan kesalahan. Karena dalam kamus besar khilafah tidak ada pemimpin yang
salah, kalaupun tidak benar ya hanya dianggap khilaf. Mungkin karena Khalifah
lelah. Camkan itu. Hanya ada khilaf dalam khilafah.
Pernah dimuat di Mojok.co
0 komentar:
Posting Komentar