Aditia Purnomo

Minta Maaf pada PKI

Leave a Comment
Selama ini dongeng-dongeng orang tua yang getol disampaikan pada anak-cucunya selalu menyebut kalau PKI itu jahat, PKI itu pemberontak, PKI itu membantai kiai, dan sebagainya dan sebagainya.

Belakangan, ketika muncul isu (ini masih isu lho!) kalau Presiden Jokowi mau minta maaf sama korban pelanggaran HAM berat yang dilakukan negara, banyak orang kembali komentar. BUAT APA MINTA MAAF SAMA PKI??? Beserta alasan dan dongeng-dongengnya.
Oke-oke, kalau memang PKI itu jahat karena membantai banyak kiai, saya mau bertanya. Apa sih yang buat PKI itu bantai kiai? apa karena PKI itu ateis, nggak punya Tuhan, dan membenci agama?

Plis deh, situ tahu nggak sejarah Partai Komunis Indonesia? Kalau PKI itu benci agama, apalagi agama islam, tahukah anda kalau para pendiri partai komunis itu orang-orang islam? Ada yang ketua cabang sarekat islam, ada yang hapal al quran. Itu bapak pendiri partai loh.

Kalau anda belajar sejarah, friksi yang terjadi antara santri dan barisan tani, yang jadi underbow PKI, itu lebih dikarenakan persoalan tanah. Ya, tanah.

Tahun 1960an, PKI terlibat dalam kampanye dan sosialisasi UU Pokok Agraria. Nah dari sanalah, pecah perselisihan. PKI bersama para petani mengusung kampanye Tanah Untuk Rakyat, menuntut pembagian lahan bagi kaum tani. Sedangkan kiai merupakan representasi tuan tanah hari itu. Begitu kira-kira.

Sementara, pemberontakan yang dilakukan PKI hanya pada tahun 1926. Kalau anda tahu, ketika itu pemberontakan memang dilakukan untuk melepaskan diri dari penjajahan. Dan peristiwa madiun 1948 juga peristiwa 1965 lebih terjadi karena perselisihan dalam angkatan bersenjata.

Kalau anda pernah baca seri buku Tempo tentang Jendral Sudirman, anda bisa lihat pernyataan Jendral Sudirman kalau peristiwa madiun terjadi karena konflik internal angkatan darat. Kalau mau lebih jelasnya, ya baca saja bukunya.

Lalu dalam peristiwa 65, saya tidak mengatakan kalau PKI tidak memiliki presentasi kesalahan sama sekali. Ya, PKI memiliki andil karena comitte central memanfaatkan konflik internal di angkatan darat. Ya, ketidakpuasan perwira menengah terhadap gaya hidup borjuis perwira atas dimanfaatkan dengan inflitrasi biro chusus.

Tapi, seberapa imbangkah pembunuhan beberapa jendral dan perwira angkatan darat dengan pembantaian 500rb sampai 2 juta manusia (malah 3 juta menurut Sarwo Edhie)?

Lagipula, apakah keadilan bagi mereka, keluarga korban peristiwa 65 (bukan cuma yang dibantai, tapi juga kejahatan kemanusiaan lain seperti dipenjara tanpa pengadilan, diambil tanah dan kekayaannya) bisa dinilai dari permintaan maaf seorang presiden?

Apa artinya permintaan maaf tanpa sebuah upaya penegakan hukum, tanpa membawa persoalan kejahatan kemanusiaan ini ke pengadilan. Apa bisa, para korban menerima maaf begitu saja setelah mereka melalui hidup dengan buruk selama puluhan tahun?

Ah, seandainya maaf dan lebaran bisa menyelesaikan ini semua, pasti saya sudah balikan sama mantan.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar