Aditia Purnomo

Berhemat

Leave a Comment

⁠⁠⁠Sejak motor saya bermasalah tiga pekan lalu, perkara mobilitas saya yang agak tinggi saya serahkan sepenuhnya pada angkutan umum. Kalau ke jakarta ya naik kereta, kalau nggak terlalu jauh ya naik ojek onlen. Nah, berhubung cukup sering naik gojek, grabbike, dan uber motor saya jadi agak sedikit paham persoalan-persoalan yang dihadapi para pengemudi ojek onlen ini.

Gojek misalnya, beberapa waktu belakangan para pengemudinya mulai mengeluhkan orderan yang tidak seramai dulu. Jika dulu-dulu mengejar target bonus seratus ribu sehari masih bisa dijangkau, belakangan semakin sulit malah seperti tidak terjangkau. Ya jangankan ngejar bonus, sehari bisa dapat 10 pantat saja sudah patut disyukuri.

Menurut para pengemudinya, persaingan ojek onlen semakin ketat. Selain karena semakin banyaknya pengemudi, baik di gojek ataupun yang lain, mereka diharuskan bersaing dengan tarif tetangga yang lebih murah.

Misalkan, tarif dari kosan saya ke RS Siloam Karawaci adalah 16 ribu rupiah dengan hitungan 5 km. Jika saya menggunakan grabbike hanya 10 ribu rupiah. Tentu selisih harga semakin bertambah seiring bertambahnya jarak.

Uber motor malah lebih gila lagi. Mereka memberi tarif seribu rupiah perkilometer ditambah waktu tempuh perjalanan. Ongkos yang harus saya bayar hanya 9 ribu rupiah. Inilah yang membuat persaingan lebih ketat (juga pendapatan yang lebih sedikit).

Kebetulan teman kos saya adalah pengemudi gojek. Dia baru tiga minggu bergabung di sana. Kira-kira setelah dia jadi pengemudi gojek, kemudian motor saya jadi rusak. Kenapa bisa begitu? Saya juga nggak tahu.

Balik lagi ke persoalan gojek. Dalam sehari rekor pantat (isitilah pengemudi untuk menyebut penumpang) terbanyak yang Ia bawa adalah 8. Kebanyakan hanya dapat lima, pernah cuma dapat dua. Pemasukan yang didapat paling banyak ya 120 ribu, paling sedikit ya 20 ribu. Itu dalam kondisi sebelum aplikasi gojekdriver diperbarui oleh perusahaan.

Dan jumat malam, teman saya ini mendapat pemberitahuan soal aplikasi versi terbaru dan tarif penumpang terbaru. Saya sebenarnya mencuri dengar obrolan antara teman saya itu dan pengemudi lainnya, tapi karena nggak terlalu memperhatikan jadi akan saya jelaskan dengan asumsi dan kira-kira yang seperti ini.

Tarif yang dikenakan gojek untuk penumpangnya menjadi 2 ribu rupiah perkilometer. Artinya, ongkos perjalanan ke RS yang tadinya 16 ribu menjadi cuma 8 ribu. Itu di jam santai. Kalau di jam sibuk tarifnya 3500 rupiah perkilometer.

Hal ini, buat para pengemudi gojek jelas merugikan mereka. Dengan tarif begini perjalanan dari kosan ke sitanala yang biasanya dibayar dengan besaran 20 ribu kini hanya dibayar dengan angka 9 ribu rupiah. Angka ini jelas tidak masuk akal (menurut saya) jika kita melihat beban bensin, pulsa, dan tenaga yang harus dikeluarkan pengemudi. Itu pun belum ditambah biaya retribusi buat perusahaan yang sebesar 20% itu. Jadi, berapa pendapatan bersih pengemudi dari uang 2 ribu ripiah perkilometer itu jika sudah dipotong ini itu?

Kemudian, kebijakan ini diperparah dengan kondisi bonus yang dipersulit. Jika sebelumnya harus dapat poin hingga 14 untuk mendapat 100 ribu, kini persyaratan dapat bonus jadi berubah. Untuk dapat bonus, pengemudi harus mendapatkan poin sekian (entah berapa saya lupa) ditambah persentase performa pengemudi yabg mencapai 70%. Persentase performa ini dipengaruhi aktifitas mengambil order oleh pengemudi. Itu pun ditambah kebijakan suspend bagi pengemudi yang melakukan cancel.

Kebijakan-kebijakan baru tadi membuat para pengemudi gojek gerah. Ada wacana mogok narik dan demonstrasi di kalangan mereka. Ada juga yang sudah melakukan aksi bakar jaket gojek. Hal ini saya tahu dari grup watsap pengemudi gojek yang diperlihatkan temannya teman saya.

Mungkin karena melihat gelagat tidak baik dari pengemudinya, perusahaan akhirnya mengubah kebijakan bonus terutama terkait persentase performa. Jika sebelumnya pengemudi yg perfornanya tidak mencapai 70% mustahil dapat bonus, kini angkanya dikurangi jadi 30%.

Selain itu, besaran bonus pun dinaikkan perusahaan. Jika sebelumnya bonus yg didapat berjumlah 100 ribu kini bertambah jadi 140 ribu. Ya (mungkin) perusahaan takut bakal ada demo besar-besaran jika hal ini nggak dilakukan. Tapi ya meski perkara bonus ini sudah diperlunak tetap saja perkara pendapatan berkurang menjadi persoalan.

Memang demo besar-besaran yang diisukan tidak terjadi. Atau setidaknya, kalaupun ada protes tidak sampai besar-besaran. Atau ya, minimal belum terorganisir dengan baik. Tapi ya tetap, gejolak dan keresahan masih ada dan bisa saja berlipat ganda. Saya sih nggak tahu, apa ada serikat yang membawahi para pengemudi dari perusahaan ojek onlen ini.

Seandainya ada, tentu saja menarik melihat transportasi alternatif yang mulai dicintai masyarakat ini mengadakan protes besar-besaran. Mogok narik nasional, misalnya. Membuat masyarakat juga melihat kondisi transportasi umum kesukaannya juga membuat perusahaan menyerap aspirasi mereka.

Tapi ya, kalau buat saya, tetap saja lebih irit kalau pakai kendaraan sendiri. Sekalipun harus macet dan lelah, tapi ongkos yang dikeluarkan nggak seberapa besar. Apalagi kalau jarak yang ditempuh nggak terlalu jauh. Pengalaman tiga minggu lebih tanpa motor, harus bolak-balik rumah sakit dan ke beberapa tempat lainnya membuat saya sadar. Bulan ini saya harus berhemat. Sayang, motor saya belum beres juga.


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar