Kemarin malam ibu marah-marah lagi. Entah sudah keberapa
kalinya hari itu, semua emosi diluapkan dengan adegan marah. Maklum sebenarnya,
semua sedang repot. Tapi ya malas juga kalau kena harus getah laku orang lain.
Kali itu alasannya cuma satu, adik paling kecil belum pulang
hingga larut. Oke, baru jam 10 malam sih. Tapi dalam pandangan ibu jam segitu
sudah terhitung larut untuk ukuran anak sma kelas 1 pulang dari sekolah. Dan
seperti balon yang terkena paku, meledaklah amarah ibu.
Bagi saya, jam 10 ya masih jam 10. Malam terhitung larut
jika waktu sudah menunjuk pukul 12 malam atau lebih. Kalau sudah jam segitu ada
baiknya tidak usah pulang sekalian, repot mesti membangunkan orang rumah.
Lagipula saat sma saya sering tidak pulang dan biasa pulang jam 10. Berangkat
pagi jam 6 pulang malam jam 10. Itu hal biasa menurut saya.
Persoalannya, adik saya tidak mengabari ibu kalau pulang
telat. Tidak juga ada pesan apa-apa sebelum berangkat. Maka paniklah ibu, ya
panik disertai emosi yang meluap. Akibatnya semua kena getah laku adik. Bapak
diocehi, saya disuruh mencari ke tempat temannya.
Padahal waktu itu kami baru selesai berbenah. Pengajian 7
hari nenek meninggal baru usai. Ya lelah sih, tapi ibu juga pasti lelah. Dan
kondisi ini diperburuk kelakuan adik yang tidak mengabari. Duar, marah ibu
meletus lagi.
Adik saya ternyata ada di rumah. Dia di sana bersama 3
temannya, satu lelaki dan dua perempuan. Katanya sih habis kerja kelompok,
entah kerja apa yang dilakukan kelompok mereka. Yang pasti ibu tambah marah
karena tahu adik saya masih bersama teman perempuannya hingga larut.
Ya, bapaknya ibu saya (sebut saja kakek) memang keras.
Menurut ibu sembari ngomeli adik saya, kalau kakek tahu anak perempuannya belum
pulang hingga jam 9 sudah pasti dipukuli. Disambit, entah diapain lagi. Padahal
ya dulu pas sma saya pernah bawa lari anak perempuan orang hingga dua hari, eh.
Zaman memang sudah berubah, tapi ibu masih memegang teguh
norma yang ditanamkan kakek. Tidak salah sih, cuma ya gitu. Adik saya kena
marah, saya kena getahnya. Sudah disuruh nyari kemana-mana, masih bawa-bawa
perkara kapan lulus lagi. Duh, repot jadinya.
Tapi akhirnya saya maklum. Ibu masih berduka, juga lelah
menyiapkan pengajian setiap malam hingga 7 hari nenek meninggal. Belum lagi
lebih dua minggu ibu menemani nenek di rumah sakit. Duka karena ditinggal orang
tuanya, dan perih melihat ibunya menderita di rumah sakit.
Memang, rumah sakit tidak pernah menyenangkan. Ada saja
derita yang dibawanya.
0 komentar:
Posting Komentar