Aditia Purnomo

Karena Bakar Bunga Sekelompok, Rusak Kehormatan Seperjuangan

Leave a Comment

Hari buruh tahun ini adalah salah satu perayaan terbaik dan terburuk yang pernah saya rasakan. Mayday tahun ini menjadi baik karena gairah teman-teman pekerja kreatif yang memutuskan membentuk serikat guna memperjuangkan hak mereka. Buruknya, aksi damai dan kreatif yang dilakukan teman-teman serikat menjadi hancur karena kelakuan sekelompok oknum.

Dalam sebuah grup Wasap yang saya ikuti, isu-isu yang diangkat dalam Mayday ini amat beragam. Tuntutan buruh bukan lagi hanya persoalan upah, jaminan sosial, dan kepentingan kelompok buruh semata. Namun isu dan tuntutan yang mereka ajukan telah menyasar persoalan lingkungan dan hak masyarakat secara umum.

Hal ini menunjukkan kelompok buruh semakin memiliki kesadaran kelas dan solidaritas perjuangan pada sektor yang lain. Ini adalah satu kemajuan yang patut membuat kita gembira. Selama ini buruh dianggap hanya memperjuangan persoalan buruh belaka. Namun dengan terbukanya kesadaran tadi, solidaritas antar sektor perjuangan akan membuat gerakan perjuangan rakyat semakin kuat.

Sayang, kebiasaan media dan kelakuan bodoh satu kelompok buruh membuat segalanya menjadi tak berarti. Aksi yang berjalan damai dan lancar, diakhiri dengan kebodohan mereka yang membakar karangan bunga untuk Ahok. Akibatnya, pandangan masyarakat terhadap aksi buruh menjadi buruk. Semua gerakan buruh jadi dianggap partisan politik pada keriuhan pilkada Jakarta.

Pembakaran bunga itu memang dilakukan kelompok yang jadi partisan kubu Anies Baswedan saat pilkada. Oleh kelompok yang mendukung Anies Baswedan menjadi gubernur jakarta. Tapi tak semua buruh melakukan itu, tak semua buruh menjadi partisan dalam politik praktis semacam itu.

Kebanyakan kelompok buruh, tak suka terlibat dalam urusan itu. Bagi mereka, apapun hasil pilkada, siapapun yang jadi gubernur, tak bakal serta merta membuat kebijakan terkait buruh menjadi baik. Tak bakal membuat hidup buruh menjadi sejahtera.

Karenanya, mereka lebih suka fokus pada perjuangan mereka. Persoalan upah, jaminan sosial serta kesehatan, outsorching, dan kontrak kerja menjadi hal yang lebih penting untuk mereka urusi. Bagi mereka, siapapun kepala daerahnya, selama tak berpihak pada nasib buruh perlu dilawan. Kebijakannya perlu dikawal.

Namun hal itu menjadi percuma karena satu-dua kelompok partisan yang berlaku bodoh. Membakar karangan bunga untuk Ahok membuat citra buruh menjadi buruk, membuat semua kelompok buruh dianggap sebagai partisan politik. Hanya itu yang dilihat masyarakat setelah Mayday selesai. Tak ada lagi.

Tak ada yang tahu apa saja tuntutan yang dikemukakan buruh ketika Mayday kemarin. Tak ada yang tahu isu apa saja yang mereka perjuangkan. Dan masyarakat cenderung tak mau tahu kalau aksi ketika Mayday lalu banyak mengangkat persoalan yang menyangkut kepentingan mereka.


Kini biarlah perbincangan soal pembakaran bunga menjadi hangat. Biarlah para buruh dihujat. Dan biarlah karangan bunga terus berdatangan ke balai kota. Karena apapun kalian yang terjadi, kenaikan harga listrik tetap terjadi, inflasi terus tinggi, dan rakyat hanya tinggal terima nasib. Terima kasih pada kalian yang tak peduli pada hidup banyak orang.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar