Memasuki bulan yang penuh rahmat bagi para
pemeluk agama Islam, biasanya bakal marak kampanye yang mengajak orang untuk
berhenti merokok. Kampanye model ini menggunakan sentimen puasa, yang mengajak
orang-orang yang berpuasa agar benar-benar menghentikan aktivitas merokok.
Sebenarnya hal itu sih sah-sah saja. Toh
setiap perokok adalah warga negara yang sadar, dan kalaupun mereka mau berhenti
itu adalah hak mereka. Kadang yang kerap menjadi masalah adalah, tidak semua
orang senang diganggu kesenangannya. Termasuk para perokok, yang memang secara
sadar memilih aktivitas merokok sebagai kebutuhannya.
Selain itu, logika berpikir yang digunakan
untuk kampanye ini (sebenarnya) bertentangan dengan apa yang mereka katakan
selama ini. Menurut kelompok antitembakau, rokok adalah barang yang menimbulkan
zat adiktif. Jadi membuat orang ketergantungan dan tak bisa berhenti
mengonsumsinya.
Padahal, ketika bulan Ramadhan tiba, setiap
perokok yang menunaikan ibadah puasa ya bisa dengan santai menghentikan
aktivitas tersebut. Mereka bisa tidak merokok sejak matahari mau terbit hingga
terbenam. Dalam waktu sekitar 13 jam mereka bisa menahan diri untuk tidak
merokok.
Hal ini sebenarnya bisa menjadi bukti paling
nyata bahwa rokok tidaklah menimbulkan adiksi. Para konsumen rokok bisa
benar-benar tidak merokok selama puasa, 13 jam sehari selama satu bulan. Penuh.
Kalau sudah begini, apakah kita masih menganggap rokok itu sebagai barang
konsumsi yang menimbulkan candu dan ketergantungan?
Kenyataan memperlihatkan bahwa tidak ada
perokok yang sakau karena puasa. Karena tidak merokok ketika menunaikan ibadah
tersebut. Tidak tampak hal-hal yang digambarkan sebagai alat candu yang
mencengkeram hidup masyarakat.
Gejala-gejala adiksi adalah sesuatu yang bisa
dilihat. Tinggal cek saja, apa betul perokok yang berhenti merokok mengalami
kegelisahan, kecerobohan dan kelambanan dalam bekerja, kehilangan kepercayaan
diri, penuh kecurigaan, bertingkah laku yang cenderung brutal, sulit
berkonsentrasi, tertekan, merasa tidak nyaman dan mempunyai kecenderungan
menyakiti diri sendiri? Apakah kami terlihat seperti itu?
Inilah bukti nyata bahwa rokok bukanlah barang
adiktif. Seorang perokok bakal sehat-sehat saja ketika Ia berhenti merokok.
Bukan hanya selama 13 jam seperti waktu puasa, tapi juga lebih dari itu. Mereka
bakal sanggup bertahan.
Tidak lagi penting mendengarkan apa yang
kelompok antitembakau katakan, mengingat mereka sendiri mengalami sesat pikir
terkait perkara adiksi ini. Jika memang rokok adalah barang adiktif, kenapa
mereka justru mengampanyekan ajakan berhenti merokok yang mereka anggap sebagai
candu yang tak bisa dilepaskan.
Dan kalau memang rokok menimbulkan adiksi,
bagaimana bisa jutaan perokok yang menjalani ibadah puasa bisa menjalani
ibadahnya dengan baik. Menjalani hidupnya dengan biasa saja. Kenapa bisa
begitu? Tentu saja karena rokok memanglah bukan barang adiktif. Gitu aja kok
susah banget mikirnya.
Pertama tayang di situs Komunitas Kretek
0 komentar:
Posting Komentar