Jika berbicara soal tembakau, kebanyakan kita akan teringat dengan Temanggung, Jember, dan beberapa tempat di jawa Tengah dan Timur. Memang sejak dulu pertanian tembakau dari daerah ini sudah sangat dikenal. Apalagi tembakau Srinthil yang berkualitas rasa sangat bagus asal Temanggung itu.
Tapi beberapa tahun terakhir, ada satu daerah yang muncul
sebagai salah satu daerah penghasil tembakau terbesar. Bahkan, daerah ini
menyalip posisi Jawa Tengah di urutan kedua daerah penghasil tembakau terbesar
di Indonesia. Nama daerah itu adalah Nusa Tenggara Barat.
Pulau Lombok adalah penghasil tembakau di NTB, dan di Lombok
inilah pembuktian bahwa pertanian yang didampingi para ahli akan mendapatkan
hasil yang bagus. Inilah yang dibuktikan para petani tembakau beserta ahli
tembakau di kawasan Lombok tengah.
Lombok tengah sendiri dulu adalah daerah yang boleh dibilang
tertinggal. Dalam urusan wisata, Ia tak memiliki pantai-pantai terkenal seperti
Lombok barat. Sementara dalam urusan pertanian, Ia tak sesubur Lombok utara
yang memiliki Gunung Rinjani. Dalam urusan pembangunan dan kemasyarakatan pun,
Lombok tengah tertinggal karena angka kriminalitas yang tinggi dan fasilitas
umum yang tidak memadai.
Namun sejak periode 1980-an, Lombok tengah mulai bergeliat
menuju kesejahteraan. Sejak datangnya Pak Iskandar, seorang Ahli Tembakau yang
bekerja untuk Djarum, petani-petani tembakau disana mulai mendapatkan
pendampingan selama proses tanam hingga panen. Hasilnya, saat ini Lombok
menjadi daerah nomor 2 penghasil tembakau terbesar setelah Jawa Timur.
Kenapa proses pendampingan oleh seorang ahli tembakau bisa
membawa Lombok menjadi kekuatan besar dalam dunia pertembakauan Indonesia?
Begini jawabannya. Sebelum kedatangan Pak Is (sapaan akrab
Pak Iskandar), Lombok sudah memiliki pertanian tembakau. Sayangnya, pertanian tembakau ini tidak mampu dijalankan dengan
maksimal karena kekurangpahaman petani soal tembakau dan tidak adanya pabrikan
yang membeli langsung. “Jadi dulu tembakau dijual oleh petani di pinggiran
jalan,” jelas Pak Is.
Dalam urusan penanaman, tembakau sendiri tidak mendapatkan
perlakuan yang harusnya diterima. Ini tentu karena kurangnya pengetahuan petani
tembakau akan tembakau itu sendiri. Menurut Pak Is, tembakau itu adalah tanaman
yang manja. Jadi tembakau perlu mendapatkan perlakuan khusus dan para petaninya
tidak boleh malas mengurusi ladangnya.
Secara luas lahan, tembakau jelas kalah jauh dari Jawa
tengah dan Jawa Timur. Tapi soal produktivitas, jelas Lombok lebih unggul.
Hal ini sendiri dipengaruhi oleh jenis tembakau yang ditanam
di daerah-daerah tersebut. Di Jawa Tengah dan Timur, kebanyakan tembakau yang
ditanam adalah tembakau rakyat/jawa yang nontabene
adalah tembakau dengan jenis daun yang tidak terlalu besar. Sedangkan di
Lombok banyak tumbuh tembakau virginia yang memiliki ukuran yang lebih besar.
Tentunya, hal diatas juga ditambah dengan pendampingan yang
dilakukan oleh prabrikan dengan mendatangkah ahli tembakau untuk mendampingi
petani selama proses tanam dan panen. Bagi saya, ini adalah poin penting agar
potensi tembakau di masing-masing daerah bisa dimaksimalkan.
Di Lombok misalnya, Pak Is yang ahli tembakau ini melihat
secara lingkungan Lombok adalah wilayah yang cukup kering, hingga kadar air
yang ada di daun tembakau akan mudah dikeringkan dan menghasilkan kualitas yang
bagus. Tapi, selama masa tanam jelas tembakau tetap memerlukan air agar bisa
tumbuh. Hal inilah yang kemudian diketahui oleh petani, dan mulai diterapkan selama
masa tanam.
0 komentar:
Posting Komentar