Bulan depan bapak pensiun. Ia harus berhenti kerja
karena usia, juga peraturan kantornya. Telah 30 tahun lebih Ia bekerja. Gajinya
ya segitu-gitu saja. Bukan karena dia tak giat dalam bekerja, tapi jabatannya
hanya pegawai biasa. Sama seperti puluhan juta orang lain yang seusianya.
Satu hari ibu pernah mengeluh, gaji bapak tak
cukup sekolahkan adik-adik. Gajinya yang tak berbeda jauh dengan mereka para
sarjana yang baru lulus, tak pernah Ia keluhkan. Meski pengalaman kerjanya
tentu berbanding terbalik dengan anak-anak baru di kantoran.
Tiap hari Ia berangkat jam 6 pagi dan pulang
jam 6 sore. 10 tahun lalu malah sampai jam 9 malam, kerja lembur demi
sekolahkan anaknya. Tapi dua tahun terakhir Ia sudah tak dapat jatah lembur. Ia
sudah disiapkan untuk pensiun.
Sebagai pegawai biasa Bapak kerja bapak terbilang
cukup keras. Berbanding terbalik dengan saya yang bekerja semaunya, bapak harus
mendata barang kiriman ke luar negeri di kantornya. Dari jam 8 pagi sampai jam
12 siang. Istirahat satu jam, dan kerja lagi hingga jam 4 sore. Pulang bersama
arus macet Ibukota, sampai rumah lebih banyak istirahat dan tidur lebih cepat.
Perjalanan dari rumah ke kantornya mencapai 90
menit. Kalau macet lumayan parah, kisaran dua jam. Ia harus bangun sebelum
subuh untuk bersiap pergi ke kantor agar tak kena macet parah. Ketika Ia
berbenah diri, Ibu membuatkan bekal untuknya makan siang di Kantor. Ya,
beberapa tahun terakhir bapak hampir tiap hari bapak bawa bekal. Ia tak punya
alokasi lebih untuk jajan di luar.
Ia telah bekerja teramat keras selama ini.
Mungkin memang sudah saatnya Ia pensiun. Toh kebijakan ini telah lama berlaku
di kantornya. Ya walau bapak belum teramat tua untuk tidak bekerja. Biarlah Ia
berleha sejenak melepas penat puluhan tahun bekerja hampir setiap harinya.
Sebenarnya bapak menghadapi pensiun dengan
biasa saja. Tapi setelah Ibu tahu bapak harus pensiun, Ia agak panik. Dua adik
masih sekolah, satu kuliah masih dua tahun, satu SMA masih dua tahun. Itu pun
si bungsu perlu dikuliahkan. Sebelum sekolah mereka selesai, pensiunnya bapak
membuat ibu bingung. Biaya sekolah mereka cukup besar, kurang lebih 3/4 gaji
bapak setiap bulannya.
Saya tak tahu apa rencana bapak setelah
pensiun. Yang saya tahu ibu meminta anak pertamanya untuk lebih
bertanggungjawab pada adik-adiknya. Yang saya tahu juga generasi penerus di keluarga
harus siap melanjutkan estafet tanggung jawab.
Saya jadi berpikir, kapan kiranya generasi tua
di pemerintahan segera dipensiunkan? Sudah saatnya anak-anak muda diberi
tanggung jawab untuk membangun negara ini. Atau mungkin memang anak-anak muda
belum siap atau malah tak pernah siap melanjutkan estafet tanggung jawab
tersebut? Bukan hanya pada urusan kenegaraan, tapi juga tanggung jawab sebagai
anak pertama.
0 komentar:
Posting Komentar