Aditia Purnomo

Pensiun

Leave a Comment

Bulan depan bapak pensiun. Ia harus berhenti kerja karena usia, juga peraturan kantornya. Telah 30 tahun lebih Ia bekerja. Gajinya ya segitu-gitu saja. Bukan karena dia tak giat dalam bekerja, tapi jabatannya hanya pegawai biasa. Sama seperti puluhan juta orang lain yang seusianya.

Satu hari ibu pernah mengeluh, gaji bapak tak cukup sekolahkan adik-adik. Gajinya yang tak berbeda jauh dengan mereka para sarjana yang baru lulus, tak pernah Ia keluhkan. Meski pengalaman kerjanya tentu berbanding terbalik dengan anak-anak baru di kantoran.

Tiap hari Ia berangkat jam 6 pagi dan pulang jam 6 sore. 10 tahun lalu malah sampai jam 9 malam, kerja lembur demi sekolahkan anaknya. Tapi dua tahun terakhir Ia sudah tak dapat jatah lembur. Ia sudah disiapkan untuk pensiun.

Sebagai pegawai biasa Bapak kerja bapak terbilang cukup keras. Berbanding terbalik dengan saya yang bekerja semaunya, bapak harus mendata barang kiriman ke luar negeri di kantornya. Dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang. Istirahat satu jam, dan kerja lagi hingga jam 4 sore. Pulang bersama arus macet Ibukota, sampai rumah lebih banyak istirahat dan tidur lebih cepat.

Perjalanan dari rumah ke kantornya mencapai 90 menit. Kalau macet lumayan parah, kisaran dua jam. Ia harus bangun sebelum subuh untuk bersiap pergi ke kantor agar tak kena macet parah. Ketika Ia berbenah diri, Ibu membuatkan bekal untuknya makan siang di Kantor. Ya, beberapa tahun terakhir bapak hampir tiap hari bapak bawa bekal. Ia tak punya alokasi lebih untuk jajan di luar.

Ia telah bekerja teramat keras selama ini. Mungkin memang sudah saatnya Ia pensiun. Toh kebijakan ini telah lama berlaku di kantornya. Ya walau bapak belum teramat tua untuk tidak bekerja. Biarlah Ia berleha sejenak melepas penat puluhan tahun bekerja hampir setiap harinya.

Sebenarnya bapak menghadapi pensiun dengan biasa saja. Tapi setelah Ibu tahu bapak harus pensiun, Ia agak panik. Dua adik masih sekolah, satu kuliah masih dua tahun, satu SMA masih dua tahun. Itu pun si bungsu perlu dikuliahkan. Sebelum sekolah mereka selesai, pensiunnya bapak membuat ibu bingung. Biaya sekolah mereka cukup besar, kurang lebih 3/4 gaji bapak setiap bulannya.

Saya tak tahu apa rencana bapak setelah pensiun. Yang saya tahu ibu meminta anak pertamanya untuk lebih bertanggungjawab pada adik-adiknya. Yang saya tahu juga generasi penerus di keluarga harus siap melanjutkan estafet tanggung jawab.


Saya jadi berpikir, kapan kiranya generasi tua di pemerintahan segera dipensiunkan? Sudah saatnya anak-anak muda diberi tanggung jawab untuk membangun negara ini. Atau mungkin memang anak-anak muda belum siap atau malah tak pernah siap melanjutkan estafet tanggung jawab tersebut? Bukan hanya pada urusan kenegaraan, tapi juga tanggung jawab sebagai anak pertama.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar