Inti dari organisasi
adalah rapat dan kerja. Kedua hal ini menjadi fondasi yang membangun dinamika
organisasi. Kebanyakan kita menganggap rapat sebagai sesuatu yang biasa saja.
Padahal perkara rapat adalah salah satu hal yang paling fundamental untuk
menjalankan organisasi.
Ini kesalahan yang
lazim terjadi pada organisasi. Menganggap enteng rapat, apapun bentuk rapatnya,
hingga banyak urusan organisasi tidak berjalan dengan baik. Karena begitu
fundamentalnya rapat, bagaimana cara menyiapkan dan memimpin rapat pun harus
dipahami oleh pimpinan organisasi.
Menyiapkan bahan
rapat, membuat pointer, serta mengatur teknis rapat menjadi kunci dari
berjalannya agenda ini. Kebiasaan yang kerap terjadi di organisasi ketika
mengadakan rapat adalah tak tahu apa hal yang akan dibahas. Dan hal ini terjadi
karena pimpinan tidak menyiapkan bahan-bahan yang bakal dibahas ketika rapat.
Mempersiapkan bahan
menjadi kunci pertama dalam pelaksanaan rapat. Pimpinan harus mengetahui apa
saja hal yang akan dibahas ketika rapat, dan dalam menyiapkan bahan ini
pimpinan rapat (bila perlu) membuat pointer catatan untuk dirinya memandu
jalannya rapat.
Hal-hal seperti ini
cukup banyak terlupa dalam organisasi. Misal, ketika rapat pembentukan
kepanitiaan satu kegiatan rapat hanya membahas soal tema, waktu kegiatan, serta
kepanitiaan. Namun dalam rapat mereka alpa membahas timeline kerja hingga beberapa pekerjaan berjalan molor. Ini satu
contoh dari kurangnya bahan yang disiapkan pimpinan ketika rapat.
Pointer catatan
dapat membantu pimpinan untuk mengingat topik apa saja yang perlu dibahas
ketika rapat. Ini penting. Walau sudah menyiapkan bahan bahasan rapat, tapi
kealpaan masih bisa terjadi karena tidak adanya pointer catatan. Selain itu,
pointer ini bisa menjadi semacam bukti kepada peserta rapat kalau pimpinan
menyiapkan bahasan rapat ini secara serius.
Untuk membuat bahan
rapat dan pointer ini, pimpinan dapat menggunakan mind maping untuk menentukan apa-apa saja hal yang penting dan
perlu untuk dibahas. Secara sederhana mind
maping adalah suatu pola pemetaan gagasan yang dituangkan dalam bentuk
material berupa coretan atau pointer. Nantinya dari coretan terebut kita bisa
memilih mana saja yang penting dan perlu untuk dibahas dalam rapat.
Selain dua hal tadi,
pimpinan rapat juga perlu mengatur teknis rapat dengan saksama. Walau bahan dan
catatan telah disiapkan, tanpa teknis yang tepat sebuah rapat bisa berjalan
dengan tidak baik. Untuk pengaturan waktu, misalnya. Sebuah rapat bisa berjalan
dengan tidak efektif ketika pembahasannya terlalu lama dan menyita waktu. Hal
ini dapat membuat stamina peserta rapat terkuras dan pembahasan selanjutnya
menjadi tidak berbobot.
Karena itulah, poin
penting dalam organisasi yang berikutnya adalah perkara efisiensi. Poin ini
dapat menjadi indikator baik tidaknya organisasi berjalan. Efisiensi dalam
organisasi tidak hanya menyangkut persoalan waktu, tapi juga untuk persoalan
biaya dan energi. Tanpa perencanaan yang benar, satu agenda bisa memakan begitu
banyak biaya, menyita banyak waktu, dan menguras begitu banyak energi. Hal ini
membuat organisasi berjalan kurang baik karena bakal membuat anggotanya
terbebani.
Untuk membuat
segalanya berjalan efisien inilah, kemudian diciptakan sesuatu hal yang bernama
sistem. Sesuatu inilah yang nantinya bakal menentukan efektif tidaknya dan baik
tidaknya kerja-kerja organisasi.
Seperti kata
dasarnya, organ, organisasi membutuhkan satu sistem yang dapat mengatur
mekanisme dan kerja organisasi. Layaknya organ-organ yang membentuk satu sistem
agar mekanisme tubuh dapat bekerja, organisasi pun demikian. Membutuhkan sistem
agar bisa berjalan.
Secara sederhana,
sistem adalah satu hal yang digunakan sebagai panduan bagaimana cara organisasi
bekerja. Sistem memiliki satu tujuan utama, membuat pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan dalam organisasi menjadi sederhana. Karena sederhana itulah kemudian
sistem dapat diimplementasikan dalam kerja-kerja organisasi yang berjalan
dengan baik.
Satu lagi kesalahan
yang lazim dilakukan orang-orang yang ada dalam organisasi, membuat satu sistem
yang ditafsirkan secara rumit. Biasanya karena tidak bisa disederhanakan inilah
kerja-kerja organisasi menjadi tidak efektif. Dan menjadi tidak baik tentu
saja.
Karenanya sistem
tidak dibuat secara mutlak dan saklek. Sebagaimana sifat organisasi yang
dinamis, sistem yang dibuat dalam organisasi pun harus dinamis mengikuti
kebutuhan organisasi. Jika satu sistem yang berlaku di organisasi menjadi
terlalu rumit dan tidak bisa diteruskan, maka sistem dapat diperbarui sesuai
kebutuhan dan yang terpenting dapat menyederhanakan kerja-kerja organisasi.
Lalu untuk membuat
suatu sistem dalam organisasi, kita dapat terlebih dahulu menentukan siapa
mengerjakan apa, berapa lamanya waktu dan besaran biaya yang akan dikeluarkan.
Dengan menentukan hal-hal tersebut terlebih dulu, maka pembuatan sistem dapat
berjalan lebih mudah dan bisa membuatnya menjadi efektif.
Dengan mengetahui apa
saja hal yang perlu dikerjakan, siapa yang cocok untuk mengerjakannya, berapa
lama waktu dan besaran biaya yang dibutuhkan, kita dapat membuat satu sistem
yang baik untuk dikerjakan organisasi.
Dalam persoalan
membuat sistem ini, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan. Yakni
mendahulukan variabel objektif ketimbang variabel subjektif. Artinya, dalam
membuat satu sistem kita perlu mengedepankan apa yang harus dikerjakan terlebih
dahulu baru memperhitungkan kapabilitas personal untuk pengerjaan. Jangan
sampai karena para anggota kurang kompeten lalu kerja organisasi dibuat menjadi
biasa-biasa saja.
Ada dua kesalahan utama
terkait sistem yang biasa dilakukan oleh organisasi, juga anggotanya. Pertama
adalah membuat sistem yang terlalu rumit. Padahal tujuan utama dari sistem
adalah menyederhanakan perkerjaan. Namun dengan sistem yang rumit, jangankan
menyederhanakan pekerjaan, memahami apa yang dikerjakan saja bisa menjadi
rumit.
Kesalahan kedua yang
biasa dilakukan adalah membuat sistem yang berantakan. Kesalahan ini biasa
terjadi karena ketidakpahaman apa yang harus diperhatikan ketika membangun
sistem. Kebutuhan kerja Seperti yang telah ditulis di atas, harus dipahami
dengan baik agar sistem yang dibuat menjadi efektif dan tidak berantakan.
Setelah persoalan
sistem selesai, saatnya kita membahas tiga hal penting untuk mengawal kerja
organisasi. Ketiga hal tersebut adalah perencanaan strategis, monitoring, serta
evaluasi. Tiga hal ini menjadi urusan yang amat menentukan baik tidaknya kerja
orhanisasi.
Hal pertama yang
perlu dilakukan adalah perencanaan strategis. Dalam poin ini, organisasi perlu
merencanakan apa saja agenda dan kerja-kerja yang bakal dilakukan organisasi.
Hal ini biasanya ditentukan dalam rapat kerja yang dilakukan ketika organisasi
dibentuk atau memiliki kepengurusan baru.
Lalu, poin penting
selanjutnya adalah monitoring atau pengawasan. Kerja pengawasan diperlukan agar
kerja-kerja yang telah ditentukan dalam perencanaan strategis dapat berjalan
dengan baik atau setidaknya berada dalam jalur yang benar. Jika ada kerja-kerja
yang tidak berjalan, melalui monitoring inilah hal tersebut dapat diperbaiki
sebelum masa kerja selesai atau proyeknya gagal.
Dari hasil
monitoring itulah, perlu diadakan satu mekanisme bernama evaluasi. Poin penting
dalam evaluasi adalah menemukan apa saja solusi dari kesalahan-kesalahan yang
ada. Karenanya, evaluasi menjadi amat penting dalam kerja-kerja organisasi.
Sayangnya, untuk
urusan evaluasi inilah kebanyakan organisasi melakukan banyak kekeliruan.
Terkadang ketika satu program atau kegiatan selesai dilakukan, evaluasi
dilakukan sekadarnya demi memenuhi formalitas. Padahal poin penting dalam
evaluasi inilah yang bakal menentukan kerja-kerja organisasi ke depannya.
Ada beberapa hal berbahaya
yang kerap terjadi dalam evaluasi. Pertama adalah tidak adanya analisis yang
dilakukan. Dalam evaluasi, analisis menjadi penting karena diperlukan untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Jika tidak analisis, maka solusi
bisa jadi tidak tepat atau bahkan tidak ditemukan solusinya.
Kedua adalah tidak
tematik. Pembahasan dalam evaluasi yang tidak tematik dapat membuat evaluasi
menjadi tidak fokus dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Lalu yang ketiga,
evaluasi hanya bersifat responsif karena tidak memiliki solusi yang bisa
menghindari kesalahan-kesalahan tersebut terulang.
Dan yang terakhir,
juga yang paling berbahaya, evaluasi dilakukan bukan terhadap sistem melainkan
terhadap personal. Evaluasi semacam ini hanya menjadi proses penghakiman
terhadap personal-personal yang ada tanpa bisa menemukan solusi terhadap
kesalahan yang (sebenarnya) disebabkan sistem yang tak baik. Hal Ini hal yang
harus dihindari.
Mungkin akan ada
lebih banyak hal yang patut kita bahas ketika membicarakan organisasi. Namun,
dengan membenahi persoalan-persoalan di atas sebenarnya sudah cukup jika Anda
ingin membangun organisasi dengan tepat. Karena kebiasaan mata melihat sesuatu
yang menyilaukan di luar sana kerap membuat kita lupa borok-borok yang ada di
dalam rumah sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar