Aditia Purnomo

Kering

Leave a Comment

Kekeringan yang melanda kampung transmigran telah mencapai puncaknya. Puncak dimana orang-orang akhirnya memutuskan pergi dari kampung itu dan diawali oleh seorang kacamata. Kacamata pergi dan diikuti hampir semua orang yang diakhiri oleh kepergian si gendut yang meninggalkan tokoh kita sendiri di kampung itu.

Tokoh kita, seorang mahasiswa berotak cemerlang, yang juga seorang bekas seorang pejuang yang kemudian jadi bekas pemimpin gerombolan, memilih bertahan di kampung tersebut. Dengan sisa kekuatan, perbekalan, dan juga keyakinannya, ia mulai menggali sumur yang ada dengan harapan keluar mata airnya.

Seiring waktu berjalan, habisnya air dan makanan yang ada, juga dengan habisnya tenaganya, dia terkapar di kampung itu. Beruntung ada petugas transmigrasi yang kebetulan menolong dan membawanya membawanya ke rumah sakit.

Merasa ia tak sakit, tokoh kita tak mau lagi dirawat disana. Denagn tekadnya, ia meneruskan perjalanan yang tak tentu arahnya. Di sebuah perkampungan aneh, ia bertemu dengan si janggut yang juga sama bekas pemimpin gerombolan. Akhirnya kedua orang aneh itu bersahabat.

Setelah mata air yang ada di perkampungan itu tak lagi berair, mereka memutuskan untuk pergi ke tempat kawan lama tokoh kita di kota, si gendut. Gendut telah kaya raya dengan profesi barunya sebagai penyelundup.

Namun rupanya, si gendut telah mati di tembak Interpol di laut. Dan semua hartanya diberikan pada tokoh kita. Dengan harta yang ada, ia membangun perkampungan aneh untuk menjadi tempat yang bias ditinggali lagi. Namun rupanya, hujan yang mulai membasahi bumi, menggantikan kemarau yang telah lama dan mulai di sahabati tokoh kita justru membawa bencana. Hujan yang turun membuat longsor dan hancurnya kembali pemukiman yang tengah dibangunnya.

Novel yang dibumbui dengan berbagai pertarungan batin, khas penulis membuat buku ini semakin menarik dibaca. Dengan berbagai konflik, termasuk percintaan mampu membawa kita kepada dunia dalam tulisan itu sendiri.

Pengarang: Iwan Simatuoang
Penerbit: Gunung Agung

Tahun: 1972


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar