Aditia Purnomo

Merahnja Merah

Leave a Comment


Sebelum revolusi, ia calon rahib. Selama calon revolusi, ia komandan kompi. Di akhir revolusi, ia algojo pemancung kepala pengkhianat-pengkhianat tertangkap. Setelah revolusi, ia masuk rumah sakit jiwa. Inilah kalimat pertama yang menggambarkan masa lalu tokoh utama yang kemudian disebut tokoh kita. Seorang gelandangan dengan segala pengalaman hidupnya.

Cerita bermula saat tokoh kita bertemu dengan seorang gadis, wanita kecil bernama fifi. Seorang calon gelandangan di tepat tokoh kita biasa bermalam. Fifi punya masa lalu yang buruk. Desanya diserang oleh kawanan rampok. Keluarganya mati. Ia diperkosa. Hidupnya yang masih belumlah lama itu telah dipenuhi beban yang membuatnya menjadi gelandangan dibawah asuhan Maria.

Maria sendiri, seorang gelandangan yang dituakan oleh gelandangan lainnya. Ia mempunyai sejarah yang tak kalah buruknya dari fifi. Ia yang ingin menjadi juru rawat ini, harus merelakan cita-citanya karena ia tak mampu melihat darah. Akhirnya ia bekerja menjadi seorang pembantu bagi seorang pastor katolik. Namun naas, ia diperkosa seseorang dari belakang, tak tahu siapa pelakunya. Tak berapa lama kemudian, sang pastor mati gantung diri. Tak kuat melihatnya, ia pergi melarikan diri hingga akhirnya ia menjadi gelandangan yang berprofesi sebagai pelacur.

Karena permintaan tokoh kita, maria, meski sebelumnya enggan, pada akhirnya bersedia menampung fifi di tempatnya. Fifi sendiri, yang secara sadar ataupun tidak, telah jatuh hati pada tokoh kita. Sedang maria sendiri, yang telah lama mengenal tokoh kita pun jatuh hati padanya. Dari sinilah konflik, cinta segitiga dimulai.

Dengan cara yang mengejutkan, tiba-tiba fifi hilang. Lenyap tak berbekas. Tokoh kita yang khawatir, dibantu maria dan gelandangan lainnya kelimpungan mencarinya. Bahkan pak centeng, jagoan daari pemukiman gelandangan, yang terkenal dalam hal ini pun gagal.

Pusing dan dalam tekanan batin, tokoh kita, yang juga secara sadar atau pun tidak, mulai menyadari bahwa ia juga jatuh hati pada fifi. Dan tak berapa lama kemudian ia menghilang, sama seperti fifi, lenyap tanpa jejak.

Maria yang juga khawatir, terus mencari dan meminta pak centeng untuk mencari mereka berdua. Keadaan yang juga mengharuskan pihak kepolisian dan militer dimana tokoh kita bernaung dulu, ikut membantu proses pencarian mereka berdua. Tapi tetap saja, hasilnya nihil. Dalam keadaan yang tak pasti, maria ikut menghilang.

Novel yang mengajak kita untuk berfilsafat ini menyajikan konflik yang sederhana namun dalam. Novel ini sendiri telah diapresiasi oleh banyak penghargaan, dan novel ini begitu layak untuk dibaca.

penulis: Iwan Simatupang
penerbit: CV Haji Masagung 
tahun: 1968
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar