Aditia Purnomo

4 Dampak Terburuk Dari Kenaikan BBM

Leave a Comment

Seminggu setelah diumumkan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) telah sampailah pada saat yang terburuk. Dampak negatif dari kebijakan Presiden baru, Ir. Joko Widodo telah dirasakan hingga ke pelosok dimensi. Kebijakan ini, ibarat luka lama bersemi kembali, memunculkan kembali dosa pemerintah yang mengakibatkan dampak  sistemik, terstruktur, dan massif bagi rakyat Indonesia.

Berikut 4 dampak terburuk dari kenaikan 

Sambel Warteg Kini Tak Lagi Merah

Kabar buruk kedua didapat dari warteg. Kenaikan harga sembako, khususnya cabai yang begitu melejit, membuat mbak-mbak warteg frustasi memuaskan pelanggan. Mereka bimbang untuk menaikan harga makanan karena akan membuat pelanggannya menderita. Tapi jika tidak, mereka bakal tekor. 

Dan yang terburuk dari itu, kini sambel di warteg tidak lagi memakai cabai merah, tapi cabai hijau. Bayangkan, biasanya mahasiswa miskin kayak saya ini, yang kalau makan cuma pakai tahu-tempe bisa merasakan lezatnya makan dengan sambel cabai merah khas mbak-mbak warteg, kini… ah 

Membuat Aparat Kepolisian Jadi Gampang Marah

Ini penting. Karena, tugas polisi sebagaimana slogannya adalah melindungi dan melayani. Tapi lihat, berapa banyak berita yang menggambarkan keberingasan polisi belakangan ini. Sedikit-sedikit, polisi emosi ketika mahasiswa melakukan demonstrasi. Sedikit-sedikit polisi emosi mendengar orasi mereka. Sedikit-sedikit polisi emosi memukuli wartawan. Sedikit-sedikit lama-lama peluru 

Menciptakan Konflik Horizontal Pada Masyarakat

Kenaikan harga BBM memang selalu menimbulkan pro-kontra. Tapi, kali ini konflik yang diciptakannya bisa dibilang paling parah. Yang mendukung, menghujat jika kenaikan BBM perlu dilakukan biar masyarakat tidak malas dan manja. 

Tak puas sampai disana, mereka merasa perlu membawa hal-hal yang sebenarnya tidak relevan masuk ke perdebatan. Mereka mengecam, “naek dua rebu aja protes, rokok yang 16 rebu aja bisa beli”. Untungnya, mereka tidak mengeluarkan kalimat tolol macam “naek dua rebu protes, paket internet yang cepek ceng aja bisa lu beli”. Bisa dibayangkan jika kalimat ini keluar, bisa buyar dunia persosmedan.

Bagi yang menolak, kemudian mengecam balik dengan kalimat progresif macam “kenaikan BBM ini akan membuat rakyat semakin menderita dan miskin” atau “menaikan upah buruh 20% aja alotnya minta ampun, giliran naikin bbm gerak cepat” . ya, minimal yang nolak bakal bilang “situ punya duit lebih, tapi masih pake premium, bikin subsidi bengak aje”. Sedangkan, mereka yang benar-benar tidak mampu hanya bisa menangis dan memohon pada 

Membuat Masyarakat Gagal Move On dari Perkara Copras-Capres 

Inilah dampak yang terburuk. Membuat masyarakat, yang mulai bosan dan ingin move on dari perkara copras-capres, jadi terbawa suasana dan meributkan kembali perkara masa lalu. Yang pendukung wowo bilang “nah, gua bilang apa, ketahuan kan capres lu itu komprador, antek asing, makan tuh BBM naek”. 

Sedangkan, yang dukung Jokowi melakukan pledoi dengan “emang kalo prabowo yang jadi presiden, bbm nggak bakal naek?”. Dan begitu terus berulang-ulang sampai dunia kiamat.

Seharusnya, Presiden bisa membaca dampak-dampak ini sebelum memutuskan kenaikan harga BBM. Karena, dampak-dampak ini bisa membuat para pendukung khilafah melakukan kudeta yang dapat membuat republik ini bubar. Allahuakbar!

Dan seharusnya, tak perlu terjadi perdebatan antara dua aktivis sosmed, Arman Dhani dan Agus Mulyadi yang dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk terus berdebat dan berkelahi. Karena, sebagaimana diketahui, keduanya adalah sahabat sejati. Senasib dan sepenanggungan. Semoga saja, kedepannya pemerintah dapat membaca aspek ini sebelum membuat kebijakan yang merugikan. Amin.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar