Sebenarnya saya agak malas menanggapi perkara DO-DO-an yang
terjadi di Universitas Negeri Jakarta. Bukan apa-apa, saya sendiri sedang
berada dalam kondisi terancam DO dan harus memperjuangkan nasib sendirian tanpa
ada kekasih di samping saya. Tapi ya, karena perkara DO ini sewenang-wenang
maka kemanusiaan saya terusik. Seperti kata Pram, Kalau kemanusiaan
tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut
tersinggung, kecuali orang gila sekalipun Ia sarjana.
Sebagai seorang mahasiswa yang kerapkali diancam DO, saya
sangat memahami bagaimana perasaan Ronny yang secara tiba-tiba mengalami
peristiwa mematikan tersebut. Lah wong saya yang masih diancam sudah
ketar-ketir gimana Ronny yang dadakan dikeluarkan tanpa peringatan. Apalagi,
perkara yang dihadapi Ronny ini lebih pelik dari kisah asmara perkara
akademis yang saya hadapi.
Berdasar sebaran pesan watsap yang saya terima di beberapa
grup, saya melihat kalau upaya DO yang dilakukan kepada Ronny terancang sedemikian
tersetruktur, sistematis, juga masif. Bayangkan saja, hanya karena acara
diskusi terbuka bersama semua lembaga kemahasiswaan di kampus Ronny dianggap
sebagai propokator yang bakal membubarkan kampus UNJ. Oke ini lebay, tapi si
rektor lebih lebay.
Padahal, ini yang saya tahu lho, yang gerakin anak-anak
kampus UNJ itu ya Aliansi Keluarga Mahasiswa UNJ bukan BEM-nya. BEM itu
kemudian diajak ikut dalam tergabung dalam gerakan mereka, dan si Ketua BEM
Ronny ini terlibat dari awal dalam gerakan apalagi propaganda itu. Ya bisa
dibilang, si Ronny ini korban salah DO. Tapi apapun itu, DO sepihak adalah hal
yang harus dilawan.
Si rektor yang terhormat, Propesor Doktor Djaali itu mungkin
kelewat takut dengan ancaman besar perlawanan mahasiswa yang pernah dibaca di
masa kuliah. Sebagai seorang profesor matematika, Djaali mungkin sudah
berhitung untung rugi memecat Ronny. Daripada bikin susah mending di-DO
sekalian, mungkin begitu pikirnya. Tapi ada satu yang luput dari perhitungan
profesor djaali, masa orde baru sudah lewat dan revolusi bakal segera dimulai
dari dunia digital.
Layaknya pamflet-pamflet bergambar almarhum Munir,
perlawanan di kampus UNK tidak mati dan (malah) berlipat ganda. Semua terjadi
bukan hanya karena mahasiswa UNJ bersatu, tapi juga karena viralnya sebaran
pesan watsap dan share status kawan Ronny yang terdzolimi itu. Ini mungkin
belum diperhitungkan oleh Djaali karena pada masa dia belajar fesbuk dan
twitter belum ada.
Salah perhitungan ini diperparah dengan jeleknya kemujuran
yang dimiliki Djaali. Agak beda dengan pendahulunya yang bejo, sang mantan
rektor yang gagal disentuh hukum Profesor Bedjo Sutanto. Meski memiliki banyak
kasus dan amat sering didemo, Pak Bedjo ini tetap aman menyelesaikan masa
jabatannya.
Padahal, seandainya profesor Djaali sedikit lebih bijak dan
kebapakan, Ronny yang dianggap telah melakukan tindak kejahatan berbasis teknologi
dan aktivitas penghasutan ini tidak perlu dikeluarkan. Cukup dipaksa wisuda
saja, disuruh buru-buru lulus. Jika hal ini dilakukan, saya haqul yakin tidak
bakal terjadi gejolak seperti yang terjadi kini.
Lagipula membungkan perlawanan dengan cara DO-DO-an itu
sudah kuno dan tidak kekinian. Toh tanpa perlu di-DO sekalipun para aktivis
kekinian itu akan tetap menghadapi momok menakutkan jika tidak diwisuda.
Membayangkan Zen RS saat memberitahukan ibunya kalau Ia gagal wisuda saja saya
tak berani, apalagi kalau harus gagal lulus beneran. Karenanya, tak perlu para
aktivis itu di-Do segala, cukup diancam dan dipaksa untuk segera lulus.
Saya sendiri sangat kesal dan marah mendengar seorang
mahasiswa diperlakukan macam ini. Dirampas haknya untuk mendapatkan pendidikan
hanya karena kritik terkait fasilitas pendidikan yang tidak memadai untuk
kampus seukuran UNJ. Padahal sudah sejak lama saya berangan mendapatkan surat
DO karena mengkritik kampus, tapi apa daya tak pernah saya dapat alasan yang
baik untuk tidak lulus di hadapan ibu.
Karenanya, saya sangat tidak terima kalau ada orang lain
yang mendapatkan itu. Bersama segelintir mahasiswa tingkat akhir yang terancam
DO, sudah saatnya kita berontak menolak DO paksa yang dilakukan kampus.
Bersatulah mahasiswa terancam DO sedunia!! !Katakan pada mereka: Kami hanya mau
diwisuda paksa!!!
0 komentar:
Posting Komentar