Aditia Purnomo

Mahasiswa Terancam DO, Bersatulah

Leave a Comment


Sebenarnya saya agak malas menanggapi perkara DO-DO-an yang terjadi di Universitas Negeri Jakarta. Bukan apa-apa, saya sendiri sedang berada dalam kondisi terancam DO dan harus memperjuangkan nasib sendirian tanpa ada kekasih di samping saya. Tapi ya, karena perkara DO ini sewenang-wenang maka kemanusiaan saya terusik. Seperti kata Pram, Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila sekalipun Ia sarjana.

Sebagai seorang mahasiswa yang kerapkali diancam DO, saya sangat memahami bagaimana perasaan Ronny yang secara tiba-tiba mengalami peristiwa mematikan tersebut. Lah wong saya yang masih diancam sudah ketar-ketir gimana Ronny yang dadakan dikeluarkan tanpa peringatan. Apalagi, perkara yang dihadapi Ronny ini lebih pelik dari kisah asmara perkara akademis yang saya hadapi.

Berdasar sebaran pesan watsap yang saya terima di beberapa grup, saya melihat kalau upaya DO yang dilakukan kepada Ronny terancang sedemikian tersetruktur, sistematis, juga masif. Bayangkan saja, hanya karena acara diskusi terbuka bersama semua lembaga kemahasiswaan di kampus Ronny dianggap sebagai propokator yang bakal membubarkan kampus UNJ. Oke ini lebay, tapi si rektor lebih lebay.

Padahal, ini yang saya tahu lho, yang gerakin anak-anak kampus UNJ itu ya Aliansi Keluarga Mahasiswa UNJ bukan BEM-nya. BEM itu kemudian diajak ikut dalam tergabung dalam gerakan mereka, dan si Ketua BEM Ronny ini terlibat dari awal dalam gerakan apalagi propaganda itu. Ya bisa dibilang, si Ronny ini korban salah DO. Tapi apapun itu, DO sepihak adalah hal yang harus dilawan.

Si rektor yang terhormat, Propesor Doktor Djaali itu mungkin kelewat takut dengan ancaman besar perlawanan mahasiswa yang pernah dibaca di masa kuliah. Sebagai seorang profesor matematika, Djaali mungkin sudah berhitung untung rugi memecat Ronny. Daripada bikin susah mending di-DO sekalian, mungkin begitu pikirnya. Tapi ada satu yang luput dari perhitungan profesor djaali, masa orde baru sudah lewat dan revolusi bakal segera dimulai dari dunia digital.

Layaknya pamflet-pamflet bergambar almarhum Munir, perlawanan di kampus UNK tidak mati dan (malah) berlipat ganda. Semua terjadi bukan hanya karena mahasiswa UNJ bersatu, tapi juga karena viralnya sebaran pesan watsap dan share status kawan Ronny yang terdzolimi itu. Ini mungkin belum diperhitungkan oleh Djaali karena pada masa dia belajar fesbuk dan twitter belum ada.

Salah perhitungan ini diperparah dengan jeleknya kemujuran yang dimiliki Djaali. Agak beda dengan pendahulunya yang bejo, sang mantan rektor yang gagal disentuh hukum Profesor Bedjo Sutanto. Meski memiliki banyak kasus dan amat sering didemo, Pak Bedjo ini tetap aman menyelesaikan masa jabatannya.

Padahal, seandainya profesor Djaali sedikit lebih bijak dan kebapakan, Ronny yang dianggap telah melakukan tindak kejahatan berbasis teknologi dan aktivitas penghasutan ini tidak perlu dikeluarkan. Cukup dipaksa wisuda saja, disuruh buru-buru lulus. Jika hal ini dilakukan, saya haqul yakin tidak bakal terjadi gejolak seperti yang terjadi kini.

Lagipula membungkan perlawanan dengan cara DO-DO-an itu sudah kuno dan tidak kekinian. Toh tanpa perlu di-DO sekalipun para aktivis kekinian itu akan tetap menghadapi momok menakutkan jika tidak diwisuda. Membayangkan Zen RS saat memberitahukan ibunya kalau Ia gagal wisuda saja saya tak berani, apalagi kalau harus gagal lulus beneran. Karenanya, tak perlu para aktivis itu di-Do segala, cukup diancam dan dipaksa untuk segera lulus.

Saya sendiri sangat kesal dan marah mendengar seorang mahasiswa diperlakukan macam ini. Dirampas haknya untuk mendapatkan pendidikan hanya karena kritik terkait fasilitas pendidikan yang tidak memadai untuk kampus seukuran UNJ. Padahal sudah sejak lama saya berangan mendapatkan surat DO karena mengkritik kampus, tapi apa daya tak pernah saya dapat alasan yang baik untuk tidak lulus di hadapan ibu.


Karenanya, saya sangat tidak terima kalau ada orang lain yang mendapatkan itu. Bersama segelintir mahasiswa tingkat akhir yang terancam DO, sudah saatnya kita berontak menolak DO paksa yang dilakukan kampus. Bersatulah mahasiswa terancam DO sedunia!! !Katakan pada mereka: Kami hanya mau diwisuda paksa!!! 
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar