Aditia Purnomo

Penyumbang Devisa itu Bernama Tembakau

Leave a Comment


Bagi mereka yang tidak memahami perkara ekonomi politik dan kebudayaan, tembakau pasti hanya dipandang sebagai biang penyakit dan penyebab kematian. Wajar, karena tidak tahu. Seandainya mereka mau memahami bagaimana konteks yang sebenarnya ada dalam pertarungan wacana soal tembakau, niscaya mereka tidak akan memandang tembakau dengan sebelah mata.

Dalam perkara ekonomi, tembakau adalah salah satu bidang indsutri yang memberi penghidupan bagi belasan juta orang yang bergantung secara langsung maupun tidak langsung pada industri ini. Mulai dari petani, buruh, pedagang, pekerja iklan, dan masih banyak lainnya. Bukan cuma untuk masyarakat, pada negara pun tembakau memberikan sumbangan dana yang tidak sedikit dari cukai dan pajak industri.

Malah, bagi beberapa daerah seperti Sumatera Utara, tembakau memberikan sumbangan devisa yang tidak sedikit pada daerah tersebut. Sumatera Utara memang menjadi salah satu daerah penghasil tembakau. Tembakau Deli malah menjadi salah satu tembakau terbaik dunia yang digunakan untuk pembuatan cerutu.

Tembakau Deli sendiri lebih banyak digunakan untuk produksi tembakau di luar negeri, salah satunya di Jerman. Karenanya, kebanyakan tembakau ini diekspor ke luar karena kebutuhan pasar luar negeri akan tembakau ini cukup besar. Dan dari hasil ekspor inilah, tembakau memberikan sumbangan devisa yang tidak sedikit kepada Sumatera Utara.

Pada tahun 2014, devisa yang diberikan tembakau kepada Sumatera Utara sebesar USD 333,771 juta. Angka yang cukup besar dari tanaman yang dianggap sebagai musuh dan mematikan ini. Sementara pada tahun 2015, sekalipun angkanya turun karena krisis ekonomi global namun tetap bisa menyumbangkan USD286,771 juta.

Pada perkembangannya, tembakau Deli menjadi salah satu aset besar bagi devisa Sumatera Utara karena tembakau ini memang menjadi bahan yang diekspor. Sejak masa Hindia Belanda, tembakau Deli sudah dikenal dan diekspor. Dulu paling banyak dikirim ke Jerman, kalau sekarang banyak ke Kamboja. Karena dulu tembakau Deli kebanyakan akan dilelang di Bremen untuk kemudian dikirim ke negara lain, kalau sekarang sudah tidak terpusat dan langsung dieskpor ke banyak negara.

Sekalipun memberi dampak ekonomi yang tidak sedikit baik bagi masyarakat, daerah, atau negara sekalipun, pemerintah masih saja kerap memandang tembakau dengan sebelah mata. Kebijakan pemerintah terkait tembakau masih berkisar soal pengendalian dan pengerukan dana dari kenaikan cukai dan pajak lainnya.

Jarang sekali pemerintah memberi perhatian pada perkembangan industri tembakau seperti pengembangan teknologi pertanian ataupun industri. Padahal tembakau sudah memberi banyak pada negara, tapi ya tetap saja pemerintah main dua kaki pada perkara ini. Memberangus dengan dalih pengendalian, tapi tetap menaikan cukai agar pemasukan negara bertambah.

Meski beberapa daerah penghasil tembakau sudah mengakui potensi tembakau dalam berbagai bidang, tetap saja pemerntah pusat bergeming dan memalingkan pandangan untuk mengembangkan industri ini. Sekalipun pemerintah daerah telah memberi ruang terhadap industri tembakau, tapi tetap saja regulasi dari pusat banyak tidak berpihak terhadapnya.


Pertama dimuat di Komunitas Kretek
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar