Sidang kasus Jessica Kumala Wongso sedikit lagi mencapai
klimaks.
Setelah menemani hari masyarakat kita selama beberapa pekan
ini, siaran langsungnya bakal membuat hati sebagian kita kembali sepi. Rating
tinggi dan pemasukan yang lumayan besar buat stasiun televisi jelas membuat
mereka bakal berpikir untuk membuat serialnya.
Bisa saja, apapun vonis hakim serial adalah jawabannya. Jika
Jesica dinyatakan bersalah, maka sang pengacara Otto Hasibuan bakal membela
dengan mengajukan banding. Kalau tidak, ya bapaknya korban yang mengajukan
banding.
Dan hal ini bakal menjadi seru, bagi stasiun televisi,
apalagi kalau kasusnya dibawa hingga ke Mahkamah Agung. Bakal mendatangkan
keuntungan besar.
Kalaupun tidak mau dibuat serialnya, saya rasa stasiun
televisi bisa menampilkan sidang-sidang lainnya yang saya rasa tidak kalah
menarik dan menghibur. Ya, kalaupun tidak terlalu menghibur, saya rasa ada
gunanya televisi menyajikan sidang-sidang yang informatif buat masyarakat. Yang
begini ini juga bisa mendatangkan rating tinggi.
Maka, setelah melalui telaah tingkat tinggi sebagai seorang
akademisi di fakultas komunikasi (baca: dakwah), saya mengajukan beberapa
sidang ini agar segera disiarkan secara langsung oleh para pemilik frekuensi.
Sidang Perceraian
Yang pertama dan jelas diutamakan tentunya adalah sidang
perceraian. Entah sidang cerai artis siapa atau masyarakat biasa.
Dari yang saya dengar, seorang kenalan pengacara pernah
menyatakan kesaksiannya melihat beberapa hal penting di sidang perceraian.
Belio melihat betapa para korban perceraian adalah mamah-mamah muda, entah anak
satu, dua, atau belum punya yang mana yang paling aduhai.
Bayangkan, mereka, para mamah muda itu, menjadi korban dari
sebuah peristiwa tidak menyenangkan bernama perceraian.
Ketika resmi bercerai, bisa saja mereka sedikit lega karena
beban biaya pengacara tak lagi membengkak. Tapi setelah itu, mereka bakal
merasakan sepi dan kurangnya kehangatan dari seorang teman. Itu belum ditambah
sentimen negatif masyarakat terhadap predikat janda yang didapatnya. Betapa
tidak enaknya perceraian itu.
Selain itu, agar tidak dipandang seksis atau sebagainya,
sudah barang tentu korban dari sudut lainnya adalah para duda yang bisa jadi
tak kalah keren dari Mike Lewis atau siapalah. Karena agak sulit membayangkan
para mamah muda itu dicerai seorang lelaki dengan tampang seperti saya. Sangat
tidak mungkin saya rasa.
Di sanalah stasiun televisi masuk untuk memberi pencerahan
pada mereka. Dengan menampilkan sidang cerai para korban, mereka bisa
menyampaikan pada khalayak kalau bakal ada satu calon ‘jomblo’ yang bisa
digebet. Bakal ada satu calon ‘jomblo’ yang bisa mereka perjuangkan untuk
bahagia.
Saya yakin, program ini bakal mendapat respon baik dari
masyarakat dan rating. Sudah membantu para jomblo untuk mendapatkan pasangan
hidup, tayangan ini juga bakal membuat harkat pengacara kasus cerai lebih
tinggi bayarannya. Hahay.
Sidang Tilang
Lalu sidang kedua yang saya rekomendasikan adalah sidang
tilang.
Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo tentang
pemberantasan pungli di lingkaran pemerintahan, sidang ini saya rasa bakal
mengedukasi masyarakat soal tidak diperlukannya calo dalam proses sidang
tilang. Kenapa banyak orang menggunakan calo untuk mengurus perkara tilang,
bisa jadi karena mereka tidak tahu bagaimana proses sidang tilang itu sendiri.
Sebagai anak muda dari Fakultas Dakwah di Universitas Islam,
sogok-menyogok dan memberi pungutan liar di dunia tilang adalah haram hukumnya
bagi saya. Karenanya, ketika pernah kena tilang, saya memutuskan untuk
mengikuti sidang saja ketimbang pakai calo.
Ternyata, mau ikut sidang saja kita harus berjibaku dengan
ratusan orang untuk mendapatkan tempat di hadapan hakim. Sudah repot antre dan
menunggu agak lama, ternyata sidang yang dihadapkan pada kita hanyalah begitu
saja. Cuma ditanya tahu kesalahan atau tidak, lalu diberi vonis dan disuruh
bayar. Begitu saja, selesai.
Jika kemudian sidang tilang disiarkan secara langsung di
televisi, bisa jadi agenda sidang yang gitu-gitu saja berubah jadi lebih
menarik. Nantinya adegan-adegan dalam sidang bakal berubah, nggak lagi
menjemukan seperti sidang tilang selama ini.
Siapa tahu, nanti bakal ada nota pembelaan setebal 4000
halaman yang dibacakan pelanggar agar terbebas dari jeratan denda. Siapa tahu.
Lagipula, hal positif yang bakal dirasakan masyarakat dari
disiarkannya sidang tilang secara langsung adalah pemahaman tentang itu
sendiri. Nantinya informasi soal tilang bukan lagi monopoli para calo dan
agenda Presiden Jokowi soal pemberantasan pungli bukan sekadar gertak sambal.
Kelak juga bakal beredar buku-buku soal tutorial mengikuti
sidang tilang yang baik di toko buku yang jelas membuat penerbit dan penjual
buku senang. Luar biasa kan?
Sidang Skripsi
Yang prioritas memang selalu disebut terakhir, apa itu?
Betul: sidang skripsi.
Sebagai ajang untuk membuktikan kualias intelektual seorang
calon sarjana, sidang skripsi kerap dianggap angker bagi para mahasiswa tingkat
akhir. Seorang teman, ketika menghadapi sidang ini, bahkan harus tidak bisa
tidur karena grogi dan datang kesiangan karenanya.
Kegentaran ini terjadi karena mereka tidak tahu bagaimana
jalannya sidang. Belum lagi desas-desus yang menakutkan soalnya, membuat nyali
mereka makin ciut untuk menghadapi sidang ini. Saya sendiri tidak tahu bagaimana
jalannya sidang, apalagi rasa takut untuk menghadapinya karena memang belum
pernah merasakannya.
Karena itu, siaran langsung untuk sidang skripsi adalah
sebuah terobosan baru di dunia pertelevisian agar negara ini dapat mencetak
para sarjana berkualitas.
Agar nantinya tidak ada lagi mahasiswa seperti Eddward S.
Kennedy yang harus blingsatan menjelang sidang. Serta supaya sidang skripsi
menjadi satu program akademik yang membahas argumen-argumen akademis dipandu
oleh para pimpinan sidang.
Kalaupun ratingnya nggak terlalu besar, ya tak apa, karena
tayangan ini adalah bagian dari tugas media sebagai alat edukasi masyarakat.
Dan kalau nantinya stasiun tv swasta nggak mau, siapa tahu TVRI bersedia
menayangkan. Siapa tahu pula setelah siaran langsung sidang skripsi tayang,
saya jadi ada semangat buat memperjuangkan lulus. Siapa tahu.
Setelah membaca tulisan di atas, saya yakin ada beberapa
teman yang kecewa karena sidang kasus-kasus perburuhan, agraria, atau yang
menjadi persoalan kerakyatan tidak ditampilkan. Nantinya, pandangan mereka
terhadap saya yang dianggap sebagai aktivis bakal berubah. Peduli setan.
Karena bagi saya, sidang-sidang kasus perjuangan kerakyatan
adalah sesuatu yang penting. Tidak mungkin kita bisa mengharap sidang
kriminalisasi aktivis buruh atau sidang kriminalisasi petani bakal disiarkan.
Wong diberitakan oleh mereka saja tidak, kok ya mau kita
berharap pada media…
Lagipula, apa yang ditayangkan oleh televisi itu tidak ada
yang penting. Mungkin ya menghibur bagi sebagian orang, tapi ya tetap tidak
bermanfaat. Lagipula mana yang lebih penting, sidang Jesicca atau kasus
penggusuran bukit duri? Dan mana yang disiarkan? Jelas yang tidak penting, kan?
Sudahlah, matikan saja televisimu.
Pertama terbit di Mojok.co
0 komentar:
Posting Komentar