Apa hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam perayaan ulang
tahun? Bisa mengundang teman sebanyak-banyaknya, menyiapkan perayaan yang
meriah, atau sekadar memanjatkan doa kepada yang maha esa. Tergantung seberapa
besar perayaan yang kita inginkan. Tergantung semampu apa kita membuat
perayaannya.
Maka dalam rangka merayakan ulang tahun Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia yang ke 36 tahun ini, sebuah perayaan dihelat di markas mereka
di kawasan Mampang Prapatan. Menjelang hari jadi yang sebenarnya jatuh pada
tanggal 15 Oktober nanti, sebuah pameran terlebih dulu dihelat sebagai pembuka
rangkaian acara perayaan HUT mereka.
Pada perayaan ultah kali ini, WALHI tidak hanya mengundang
teman sebanyak-banyaknya untuk hadir di perayaan meriah yang mereka gelar. Tapi
WALHI juga mencoba mengajak para tamu yang hadir di perayaan mereka untuk
melihat kondisi nyata advokasi lingkungan di Indonesia.
Dalam pameran ini, Andreas benar-benar tidak tampil sendiri.
Ia mengajak beberapa kolega, serta beberapa teman muda untuk mengisi pameran
ini. Ada beberapa nama yang sudah tidak asing di dunia seni rupa seperti
Dolorosa Sinaga, Wijatmika Ika dan Toni Malakian. Juga hadir nama Chairun
Nissa, Michelle R Yudhita, serta Efi Sri Handayani yang mewakili anak muda
dalam pameran ini. Selain itu ada Galis Agus Sunardi dan Budi Santoso yang
turut menyumbangkan karyanya.
Menurut Andreas, pertemuannya dengan beberapa teman muda ini
disebabkan aktifitasnya dalam advokasi jaringan masyarakat Kendeng yang menolak
keberadaan pabrik semen di sana. Kebetulan, Michelle, Toni, dan Efi juga aktif
terlibat dalam gerakan ini. Karena keterlibatan dalam gerakan yang sama serta
upaya mereka merekam perjuangan masyarakat Kendeng dalam gambar, mereka
kemudian memiliki wacana untuk mengadakan satu pameran tersendiri tentang
masyarakat Kendeng. Sayangnya hal tersebut belum mampu terlaksana.
Beruntung, meski pameran itu belum terlaksana mereka punya
kesempatan untuk menampilkan karya-karya mereka dalam agenda ini. Ada satu
pojok bernama Perayaan Bumi Kendeng yang menampilkan gambar-gambar Efi,
Michelle, dan Toni tentang perjuangan masyarakat Kendeng. Selain itu, ada pula
pojok dengan tajuk Perayaan Solidaritas yang menampilkan gambar Marsinah.
Andreas sendiri menampilkan karyanya di dua pojok bertajuk
Perayaan Kehidupan yang menampilkan permainan warna ala Andreas dan Perayaan
Tanah Air yang menggambarkan kehidupan masyarakat adat di Indonesia. Dan
terakhir, ada pojok bertajuk Perayaan Keberagaman yang menampilkan karya penuh
warna dari Wijatmika Ika.
Pada karya-karya yang terpampang di ruang galeri WALHI ini,
saya melihat betapa beratnya perjuangan advokasi lingkungan hidup di Indonesia.
Bukan hanya soal perjuangan masyarakat Kendeng, saya kira. Tapi juga pada
banyak perlawanan lain seperti penolakan reklamasi di Bali dan Jakarta serta
perlawanan terhadap aktifitas tambang lainnya.
Begitu anda memasuki ruang galeri, anda langsung disuguhi
gambar-gambar para pejuang lingkungan yang harus tewas karena perjuangannya.
Agak tragis memang, mengingat sebagian mereka hanyalah masyarakat yang tak
ingin hak hidupnya dirampas korporasi agar lingkungan tempatnya mencari hidup
rusak akibat aktifitas tambang.
Selain itu anda juga bisa menyaksikan semacam infografis
yang memetakan sejarah WALHI sejak awal berdiri pada tahun 1980. Pada infogafis
ini, anda bisa mengetahui perjuangan WALHI dari periode ke periode dalam
mengawal advokasi lingkungan di Indonesia.
Pameran dan perayaan ini akan berlangsung sedari tanggal 10
hingga 31 Oktober 2016. Nantinya akan ada agenda workshop dan bincang-bincang
kebudayaan di galeri ini masih dalam rangka perayaan ultah WALHI yang ke 36
ini. Pada puncak perayaannya, bakal dilaksanakan jalan santai di kawasan
Monumen Nasional serta Workshop WALHI Memanggil sekaligus acara lelang karya
lukisan dalam pameran ini.
Pada pembukaan yang dilaksanakan semalam, para pengunjung
larut dalam suasana riang dan bahagia. Bukan saja karena mereka dihibur sebuah
grup musik pendatang baru bernama Keroncong Hibrida yang digawangi oleh Ibeth
Koesrini, Alfa Gumilang, Jibal Windiaz, Ardiansyah Mbe, serta Agnes Gurning.
Namun juga karena kabar gembira tentang kemenangan warga Kendeng dalam putusan
Mahkamah Agung terkait gugatan terhadap izin Pabrik Semen Indonesia di Rembang.
Pertama kali terbit di Minumkopi.com
0 komentar:
Posting Komentar