Mungkin selama ini saya dikenal sebagai seorang aktivis, mau
ikut berjuang untuk beberapa agenda advokasi. Kadang, saya dipandang sebagai
seseorang yang militan. Punya daya juang tinggi.
Bisa jadi anggapan itu benar, tapi bisa juga menjadi salah. Untuk
beberapa hal, saya adalah orang yang sangat bergairah untuk melakukan sesuatu. Ikut
terlibat dalam suatu agenda, baik advokasi, pengorganisiran, atau berbagai
agenda lain yang membuat saya bergairah.
Sekali include
dalam sebuah agenda, saya jarang memilih meninggalkan tim apabila target kami belum
tercapai. Saya adalah tipikal orang yang tidak bisa multitasking. Tidak bisa mengerjakan berbagai hal dalam satu
kesempatan. Karenanya, ketika terlibat saya harus menyelesaikan itu baru
membuka tabir baru.
Namun anggapan tadi juga bisa salah. Saya adalah tipikal
orang yang malas memperjuangkan sesuatu kalau tak punya alasan kuat. Bahkan
untuk hal-hal yang baik untuk diri saya, termasuk untuk perkara pribadi.
Kadang saya bisa ngotot kepada mbak-mbak petugas kasir yang
tanpa izin saya memberikan sumbangan dengan uang kembalian saya. Tapi kemudian
saya sadar, hal itu tidaklah berguna. Mungkin uang 100 atau 200 perak terlihat
kecil. Tapi saya amatlah tidak senang jika uang itu disumbangkan untuk sesuatu
yang tidak saya inginkan. Tapi kemudian saya jadi kasihan sama mbak-mbak itu,
dan meninggalkannya pergi begitu saja.
Perkara berjuang dalam hidup saya bukanlah suatu hal yang
sederhana. Ketika dalam suatu agenda gerakan, saya merasa ada beberapa hal yang
melenceng dari landasan yang telah kami sepakati, saya bisa saja meninggalkan
kelompok ini begitu saja tanpa permisi. Pernah juga, saya tengah memperjuangkan
sesuatu yang lain, tapi karena ada satu-atau dua hal yang mengganggu pikiran
dan perasaan, semua yang telah saya lakukan bakal saya tinggalkan begitu saja.
Ini perkara mental, memang. Saya adalah orang kalahan. Meski
acapkali berkoar-sesumbar soal perjuangan dan hal-hal motivatif lainnya, saya nyatanya
adalah orang yang mudah menyerah. Mungkin ini adalah satu dari sekian banyak sifat
buruk yang saya punya. Tapi ini adalah salah satu yang terburuk. Memang nyatanya
begitu.
Untuk beberapa hal, saya amat mudah menyerah. Seperti pada
urusan perasaan, misalnya. Mungkin saya amat ingin berjuang, memperjuangkan
sesuatu yang amat jarang saya ingin perjuangkan. Tapi, kadang kenyataan berkata
lain. Menerima nasib seakan lebih identik dengan saya. Ketimbang meneruskan
langkah dan mengambil resiko, saya lebih suka mundur dari langkah ke langkah. Hingga
kemudian, saya sadar bahwa saya tak pernah pantas untuk mendapatkan itu. Memenangkan
perasaan seseorang. Dan saya memang menyerah untuk hal ini.
0 komentar:
Posting Komentar