Beberapa hari terakhir tak banyak hal yang saya lakulan.
Bahkan untuk membuka sosmed pun saya malas. Kalau bukan karena agenda mogok
kemarin, mungkin saya masih tidak memainkan sosmed.
Bukan apa-apa, saya sedang malas berhubungan dengan
siapapun, dengan apapun. Menghentikan aktifitas memberi kabar, begitupun
mendapatkan kabar. Sedang ingin asosial pokoknya.
Banyak hal-hal terbengkalai, banyak hal-hal yang tidak
selesai. Tapi dengan begini, saya jadi belajar menata diri. Bersiap untuk
beberapa hal yang harus dihadapi.
Nyatanya menjadi asosial tidaklah mudah. Ada banyak hal yang
perlu dikeluarkan, namun harus tertahan. Ada banyak hal yang ingin diungkap,
tapi tak keluar.
Tidak menyenangkan memang hanya berbicara pada dinding
kamar. Tidak mengenakan tidak mendapat tanggapan dari orang.
Di dalam kamar, saya lebih sering membaca buku. Beberapa
buku saya khatamkan. Selebihnya saya bengong, mencoba menulis, dan membuat mie
instan juga kopi.
Ada yang menyenangkan dari menjadi diam. Buku-buku yang lama
tak tersentuh kini kembali terbaca. Tak enaknya tentunya menjadi tidak tahu apa
yang terjadi di luar sana.
Tapi dengan begini saya belajar soal betapa berharganya
kabar dari seseorang, betapapun tidak menyenangkannya kabar itu. Kadang kita
terlalu banyak berbicara tanpa mau banyak mendengarkan.
Karena itu saya tetap berharap bisa mendapatkan kabar
darinya. Meski mungkin agak sulit terjadi, tapi toh kita tetap boleh berharap.
Karena menurut Pram, hidup tanpa harapan adalah hidup yang kosong. Selamat
berbahagia.
0 komentar:
Posting Komentar