Hari ini laptop saya mogok. Ia ngadat dan tidak bisa digunakan. Ia mogok, bukan untuk untuk keren-kerenan apalagi ikut-ikutan buruh. Laptop ini mogok, karena tidak kuat dengan eksploitasi yang saya lakukan kepadanya.
Laptop ini hanyalah mesin. Ia bisa rusak apabila digunakan
tanpa mengingat batasan dan kemampuannya.
Ingat loh, laptop ini adalah mesin yang katanya bisa
menggantikan tenaga manusia. Gimana jadinya kalau manusia yang bukan mesin,
mungkin bakalan mati kalau dipaksa kerjain produksi mulu.
Kemudian, apa saya berpikir untuk mengganti laptop? Jawabnya
ya. Namun hal itu sulit terwujud mengingat saya hanya besarnya biaya yang bakal
dikeluarkan untuk membeli laptop baru. Pilihannya ya menuruti mau si laptop,
diobati dan nantinya diberikan jam istirahat lebih.
Kalau buruh yang mogok, apa perusahaan akan berpikir untuk
menarik investasi dan menutup perusahaan? Jawabnya juga iya. Namun, bayangan
akan beban memberi pesangon pada buruh yang diberhentikan dan modal besar buat
membangun perusahaan baru pasti lebih menghantui pengusaha.
Yang pasti, dengan mogoknya laptop ini, saya menyadari kalau
keberadaannya bukanlah pelengkap dalam agenda dan aktifitas saya. Ia adalah
bagian penting dari kehidupan saya. Hingga nantinya saya tak bisa berlaku
seenaknya saja kepada laptop ini.
Lalu, semoga saja pengusaha juga cepat sadar kalau buruh
memiliki peran yang besar dalan kegiatan produksi perusahaannya. Bukan sekadar
pelengkap apalagi budak. Toh dengan mogoknya para buruh, pengusaha bakal tahu
kalau mereka tak bisa menjalankan perusahaanya tanpa keberadaan buruh.
0 komentar:
Posting Komentar